Rabu, 22 Oktober 2014

Makalah Suspensi



Suspensi

I.1  Definisi
a. Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hal 17
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
 (Farmakope Indonesia IV Th. 1995, hlm 18)
Suspensi Oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
 b. Farmakope Indonesia III, Th. 1979, hal  32
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
 c. USP XXVII, 2004, hal 2587
Suspensi oral  : sediaan cair  yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang dimaksudkan untuk pemberian oral.
Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit.
Suspensi otic   : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan  di luar telinga.
 d. Fornas Edisi 2 Th. 1978 hal 333
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.  Yang pertama berupa suspensi jadi, sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan.
Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah :


1. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.


2. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.


3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.


4. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu termikronisasi agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada kornea. Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau menggumpal.
Syarat suspensi optalmik :
-  Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea.
- Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.

5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.


6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan yang sesuai.

Berdasarkan Istilah
1 . Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang ditujukan untuk pemakaian oral.  (contoh : Susu Magnesia)
2 . Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh : Magma Bentonit).
3 . Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada kulit (contoh : Lotio Kalamin)


Berdasarkan Sifat
1. Suspensi Deflokulasi
Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka kecepatannya akan lambat.
Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap.
Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan sedimentasi partikel yang halus sangat lambat.
Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang lambat.
Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi karena terbentuk masa yang kompak.
Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada waktu paronya.
2.  Suspensi Flokulasi
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-macam.
Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah diredispersi.
Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
 Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a.     Kombinasi ukuran partikel
b.    Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c.     Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam suspensi.
Syarat Suspensi
1 .      Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
2 .      Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung zat antimikroba.
3 .      Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4 .      Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
5 .      Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
6 .      Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
7 .      Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
8 .      Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
9 .      Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
Menurut Fornas Edisi 2, 1978, hal 333
Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda.
Stabilitas suspensi

Salah satu problem yang dihadapu dalam proses pembuatan suspensi adalah memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homo genitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1 .      Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2 .      Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental susu caira kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan , gerakan turun dari partikel yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
3 .      Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalm jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4 .      Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah mempengaruhi sifat alam. Maka kita tidak dapat mempengaruhinya.

Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengruhi oleh panas, ph dan fermentasi bakteri.

Termasuk golongan gom adalah :

·         Acasia (pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp,dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab denan kadar 35% kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet(preservatif).
·        
       Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus dan mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, sehingga perlu ditambahkan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
·         
          Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragcanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, mucilago tragacath lebih kental dari mucilago dari gom arab.mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.

·         Algin
Diperoleh dari beberapa spesies ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dalam algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1 -2 %.


Golongan bukan gom


Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada tiga macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liatdimasukkan kedalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalancairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.


Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari bahan tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu atau panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.

Bahan pensuspensi sintesis


Derivat selulosa

Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methol, tylose), karbrsi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka atau nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuanmenambah vislositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya semakin besar angkanya bearti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga diginakan sebagai laksansia dan bahan penghancur (disintergator) dalam pembuatan tablet.

Golongan organik polimer

Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Cabophol 934 (nama dagang suatu pabrik). Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit,serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
Metode pembuatan suspensi
Suspensi dapat dibuat dengan cara :
°         Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 90 º serbuk akan mengambang diatas cairan . serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antar partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau welling agent.
°         Metode praesipitasi
Zat yang hendak didespersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan tetapi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Caiaran organik tersebut adalah etanol, propilenglikol dan polietilenglikol.

Sistem pembentukan suspensi
\      Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
\      Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sulit tersuspensi kembali.

Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
~        Deflokulasi
    a.      Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
    b.      Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
    c.      Sedimen terbentuk lambat.
    d.     Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi.
    e.      Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.


~        Flokulasi
    a.      Partikel merupakan agregat yang bebas.
    b.       Sedimen terjadi cepat
    c.        Sedimen terbentuk cepat
    d.       Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
    e.       Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.

Penggunaan Suspensi dalam Farmasi
    1)      Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk tablet / zat padat.  Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan.  Kalau zat berkhasiat tidak larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif tidak larut-terdispersi dalam medium cair merupakan suatu alternatif.
    2)      Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air.  Untuk zat yang sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut.  Dengan demikian, penguraian dapat dicegah.  Contoh  :  untuk menstabilkan Oxytetrasiklin HCl di dalam sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam air.
    3)      Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan digunakan.  Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medim pendispersi.  Dengan demikian  maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada temperatur kamar masih dapat dipenuhi.
    4)      Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium non-air sebagai medium pendispersi.  Contoh  :  Injeksi Penisilin dalam minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa untuk oral.
    5)      Sediaan suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan luas permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh lambung.  Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat. (antasida/Clays)
    6)      Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan untuk sediaan yang berbentuk inhalasi.  Zat yang mudah menguap seperti mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan dengan menambah Mg-Karbonat yang dapat mengadsorpsi tersebut.
    7)      Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih baik dibandingkan dalam bentuk larutan.  Untuk suspensi Kloramfenikol dipakai Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit.
    8)      Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.
    9)      Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol.
     Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi
I.            Kecepatan sedimentasi
Untuk sediaan farmasi tidak mutlak berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak cepat mengendap, maka :
a.       Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
b.      Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender / koloid mill
Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
II.            Pembasahan serbuk
Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting agent atau surfaktan, misal : span dan tween.
III.            Floatasi (terapung), disebabkan oleh :
    a.       Perbedaan densitas
    b.      Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
    c.       Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat.  Hal ini dapat diatasi dengan penambahan humektan.
Humektan ialah zat yang digunakan untuk membasahi zat padat.  Mekanisme humektan :  mengganti lapisan udara yang ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi.  Contoh : gliserin, propilenglikol.
IV.            Pertumbuhan kristal
Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan jenuh.  Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal.  Ini dapat dihalangi dengan penambahan surfaktan.
Adanya polimorfisme dapat mempercepat pertumbuhan kristal.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kristalisasi:
ü  Gunakan partikel dengan range ukuran yang sempit
ü  Pilih bentuk kristal obat yang stabil
ü  Cegah penggunaan alat yang membutuhkan energi besar untuk pengecilan ukuran partikel
ü  Gunakan pembasah
ü  Gunakan colloidal pelindung seperti gelatin, gums, dan lain-lain yang akan membentuk lapisan pelindung pada partikel
ü  Viskositas ditingkatkan
ü  Cegah perubahan suhu yang ekstrim
Hal-hal yang memicu terbentuknya kristal:
ð  Keadaan super jenuh
ð  Pendinginan yang ekstrim dan pengadukan yang cepat
ð  Sifat aliran pelarut yang dapat mengkristalkan zat aktif, dalam ukuran dan bentuk yang bervariasi
ð  Keberadaan cosolutes, cosolvent, dan absorbent
ð  Kondisi saat proses pembuatan.

V.            Pengaruh gula (sukrosa)
à Suspending agent dengan larutan gula : viskositas akan naik
à Adanya batas konsentrasi gula dalam campuran dengan suspending agent.  Bila batas ini dilalui polimer akan menurun.
à Konsentrasi gula yang besar juga dapat menyebabkan kristalisasi yang cepat
à Gula cair 25 % mudah ditumbuhi bakteri, perlu pengawet. (tidak lebih dari 30 %; hati-hati cap locking)
à Hati-hati jika ada alkohol dalam suspensi

VI.            Metode dispersi : Deflokulasi dan Flokulasi

VII.            Pengaruh alat-alat pendispersi, menyebabkan :

©      Variasi pada ukuran partikel berhubungan dengan RPM Shearing Force
©      Variasi pada sifat-sifat suspensi
©      Variasi pada viskositas pembawa, berhubungan dengan hidratasi suspending agen.

Kelemahan dan Keuntungan suspensi

Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
1 .      Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat .
2 .      Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
3 .      Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
4 .      Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.
5 .      Homogenitas tinggi
6 .      Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
7 .      Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat (dari larut / tidaknya)
8 .      Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :
1 .      Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
2 .      Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
3 .      Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
4 .      Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, degradasi, dll)
5 .      Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya turun.
6 .      Alirannya menyebabkan sukar dituang
7 .      Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
8 .      Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
9 .      Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.


Alasan Penggunaan Suspensi Dalam Farmasi
  Ø  Zat berkhasiat tidak larut dalam air.
  Ø  Zat berkhasiat tidak enak atau pahit.
  Ø   Mengurangi proses penguraian zat aktif dalam air.
  Ø  Kontak zat padat dengan medium dispersi dipersingkat.
  Ø  Memperpanjang pelepasan obat menggunakan pembewa minyak.

2 komentar: