Jumat, 29 Agustus 2014

Proposal ilmu resep tentang salep



1. Pendahuluan
A.    Pengertian Salep

 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope edisi IV sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir.  Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep adalah sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % ( Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis hidrokarbon
·                     sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
·                     Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
·                     Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air.
·                     Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.

 Fungsi salep adalah :
a)      Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b)      Sebagai bahan pelumas pada kulit
c)      Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit ( Anief, 2005).


a)           Persyaratan salep menurut FI ed III
a.            Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b.            Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c.            Dasar salep

a.            Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
b.            Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).

Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
a)      Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban, cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b)      Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk dioleskan.
c)      Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d)      Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.
e)      Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak dikehendaki.
f)       Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64 ).


·         Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.      Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2.      Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3.      Tidak merangsang kulit.
4.      Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5.      Stabil dalam penyimpanan.
6.      Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7.      Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8.      Mudah dicuci dengan air.
9.      Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10.  Mudah diformulasikan/diracik


     Kualitas dasar salep meliputi:
a.       Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
 
a.       Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
b.      Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
c.       Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas obatnya pada daerah yang diobati.
d.      Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan (Anief, 2005).

Salep dapat digolongkan berdasarkan konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan formularium nasional antara lain:  
     
Menurut konsistensi, salep di bagi  :
a)      Unguenta : Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan
b)      Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c)      Pasta : Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d)     Cerata Salep berlemak yang mengandung persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras ( ceratum labiale ).
e)      Gelones / spumae/ jelly : Salep yang lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan air mendidih).
     
Menurut sifat farmakologi / terapetik dan penetrasinya:
a)   Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b)   Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
c)   Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.

Menurut dasar salepnya:
a)   Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak lemak, malam.

b)   Dasar salep hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w.
B.     Bahan Dasar Pembuatan salep
Salep dasar adalah zat pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan, umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang telah mempunyai massa lembek atau zat cair, zat padat yang terlebih dahulu diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan salep dasar, maka dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam komposisi disebutkan salep dasar yang cocok.
Pemilihan salep dasar yang dikehendaki harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan penggunaannya.
·         
    Salep Dasar-I
Salep dasar –I umunya digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran terdiri dari 50 bagian Malam putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran terdiri dari 50 bagiian Malam kuning dan 950 bagian vaselin kuning atau salep dasar lemak lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak hewan atau campuran Parafin cairr dan Parafin padat. Salep dasar-I sangat lengket pada kulit dan sukar dicuci; agar mudah dicuci dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.

·         Salep Dasar-II
Salep Dasar-II umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30  bagian kolesterol, 30 bagian stearilalkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau salep dasar sarap lainnya yang cocok. Salep dasar-II mudah menyerap air.

·         Salep Dasar-III
Salep dasar-III dapat digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian Metil paraden, 0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120 bagian Propilenglikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok. Salep dasar-III mudah dicuci.

·         Salep Dasar-IV
Salep dasar-IV dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian poliglikol 1500, 40 bagian poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol secukupnya hingga 100 bagian, atau salep dasar larut lainnya yang cocok.



Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
     Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
-          Vaselin putih,Vaselin kuning.
-          Campuran Vaselin dengan malam putih, malam kuning.
-          Parafin encer, Parafin padat.
-          Minyak tumbuh-tumbuhan

     Dasar salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
-          Adeps lanae
-          Unguentum Simplex

Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen Hydrophilic petrolatum 86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3 Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol(IMO,52-53)
Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep,Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain. Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit (IMO,hal 55)
Salah satu macam salep adalah salep mata yang digunakan pada mata. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat. Vaselin merupakan dasar salep mata yang sering banyak digunakan. Beberapa dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata( Anonim,1995 : 12, 13 )
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat baktriostatik. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama ( Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah senyawa antibakteri golongan sulfonamide yang mempunyai spectrum luas dan banyak digunakan terhadap bermacam – macam penyakit infeksi oleh kuman gram positif maupun negative, salahsatunya pada infeksi mata yang disababkan oleh kuman – kuman yang peka terhadap sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide aksi pendek yang mempunyai aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).

2. Formula

Obat paten      : Salep 24
Nama Obat     : Salep 90
Pabrik obat     : Pt. Washington Farma

ACIDI SALYCYLICI SULFURIS UNGUENTUM
Salep Asam Salisitat Belerang
R/ Tiap 10 g mengandung                     :
                                     Acidum Salicylicum                           :  200 mg
                                     Sulfur                                                 :  400 mg
                                     Vaselinum album hingga                    :  10  g
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis               : 3 sampai 4 kali sehari, dioleskan

I.                   Perhitungan Bahan
·         Asam salisilat              : 200 mg x 20 : 400 mg : 0,4 g
                                             10
·         Sulfur                          : 400 mg x 20 : 800 mg : 0,8 g
                                          10
·         Vaseline album          :  20 (0,4 + 0,8 )
                                    = 18,8 g

II.                Cara Kerja
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Setarakan timbangan
3.      Timbanglah  :       
- asam salisilat 0,4 g
-          Sulfur 0,8 g
-          Vaseline album dikertas perkamen yang telah diolesi paraffin cair.
4.      Masukkan asam salisilat kedalam lumping. Gerus
5.      Tambahkan sulfur sedikit demi sedikit. Gerus
6.      Tambahkan Vaseline album sedikit demi sedikit gerus sampai homogeny
7.      Keluarkan dari lumpang . masukkan kedalam pot salep
8.      Beri etiket biru


Uraian Bahan
a.      Acid Salicylic
1.      Nama Latin                 : Acidum Salycylicum  
2.      Sinonim                       : Asam Salisilat
3.      Berat molekul              : 138,12
4.      Rumus kimia               : C7H6O3
5.      Pemerian                     : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna
putih; hamper tidak berbau; rasa agak manis dan tajam
6.      Kelarutan                    : Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol
(95%) P; mudah larut dalam klorofrom P dan dalam eter P;larut dalam ammonium asetat Pdinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat Pdan natrium sitrat P.
7.      Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
8.      Khasiat                        : Keratolitikum, anti fungi.

b.      Sulfur 
1.      Nama Latin                 : Sulfur Praecypitatum
2.      Sinonim                       : Belerang endap
3.      Berat molekul              : 32,06
4.      Pemerian                     : tidak berbau tidak berasa
5.      Kelarutan                    : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
larut dalam kardondisulpisa P,sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat sukar larut dalam etano (95%) P.
6.      Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
7.      Khasiat                        : Penggunaan antiskabies
c.       Vaselin album
1.      Nama Latin                 : Vaselinum album
2.      Sinonim                       : Vaselin putih
3.      Pemerian                     : Massa lunak,lengket, bening, putih ;sifat ini
tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. 
4.       Kelarutan                   : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95% ) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P dan eterr minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
5.      Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
6.      Khasiat                        : Penggunaan zat tambahan

KONTRAINDIKASI: 

-
Jangan gunakan obat lebih sering dari yang telah-ditentukan.
-
Jangan gunakan pada kulit yang mere'kah karena terpapar secara berlebihan oleh angin terbakar sinar matahari atau pada luka  terbuka.
-
Hanya untuk pemakaian luar,hindarkan kontak dengan mata  mulut dan hidung
-
Hentikan pemakaian bila terjadi iritasi Konsultasikan dengan dokter bila teriadi iritasi yang lebih parah.
-
Jangan gunakan obat di dekat panas,api,atau ketika merokok.
-
Jangan menggunakan obat topikal lain pada daerah yang sama selama menggunakan Medi-Klin TR Gel.
-
Lanjutkan pengobatan hingga didapatkan hasil maksimal.
-
Gunakan pelembab untuk mengurangi iritasi dan kekeringan kulit.
Efek Samping 
-          Iritasi kulit
-          sakit kepala yang parah, napas cepat, atau telinga berdengung


Nama Kelompok     :
1.       Herlinah
2.      Methalina Artiana
3.      Nuri alamsyah
4.      Shafira Aulia Ramadansyah
5.       Siti Sarah Arrahmah








Tidak ada komentar:

Posting Komentar