A. Pengertian
Salep
Menurut Farmakope Indonesia Edisi
III: Salep adalah sediaan setengah padat berupa massa lunak yang mudah
dioleskan dan digunaka untuk pemakaian luar. Menurut farmakope edisi IV sediaan
setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput
lendir. Menurut DOM Salep adalah sediaan semi padat dermatologis yang
menunjukkan aliran dilatan yang penting. Menurut Scoville’s salep
terkenal pada daerah dermatologi dan tebal, salep kental dimana pada dasarnya
tidak melebur pada suhu tubuh, sehingga membentuk dan menahan lapisan pelindung
pada area dimana pasta digunakan. Menurut Formularium Nasional salep adalah
sedian berupa masa lembek, mudah dioleskan, umumnya lembek dan mengandung obat,
digunakan sebagai obat luar untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak
berbau tengik. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar
bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah 10 % (
Anief, 2005).
Kerugian salep misalnya pada salep basis
hidrokarbon
·
sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit
tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit.
·
Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis
hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim
dan lotion.
·
Sedangkan pada basis lanonin, kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat
bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang
kurang stabil dengan adanya air.
·
Keuntungan salep misalnya salep dengan dasar salep lanonin yaitu, walaupun
masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai
sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
Fungsi salep adalah :
a) Sebagai bahan pembawa substansi obat
untuk pengobatan kulit
b) Sebagai bahan pelumas pada kulit
c) Sebagai pelindung untuk kulit yaitu
mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit (
Anief, 2005).
a) Persyaratan
salep menurut FI ed III
a.
Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b.
Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras
atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c.
Dasar salep
a.
Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan
lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
b.
Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).
Salep yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
a) Stabil : baik selama distribusi,
penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik
secara fisik (bentuk, warna, bau, dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan
zat aktif yang tersisa ). Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti
suhu, kelembaban, cahaya, udara, dan lain sebagainya.
b) Lunak : walaupun salep pada umumnya
digunakan pada daerah/wilayah kulit yang terbatas, namun salep harus cukup
lunak sehingga mudah untuk dioleskan.
c) Mudah digunakan: supaya mudah dipakai,
salep harus memiliki konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer.
Bila terlalu kental, salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep
akan mudah mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
d) Protektif : salap – salep tertentu yang
diperuntukkan untuk protektif, maka harus memiliki kemampuan melindungi kulit
dari pengaruh luar misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.
e) Memiliki basis yang sesuai : basis yang
digunakan harus tidak menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus tidak
mengiritasi, atau menyebabkan efek samping lain yang tidak dikehendaki.
f) Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan
salep cukup kecil, sehingga diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut
dapat terdispersi/tercampur merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek
terapi yang akan terjadi setelah salep diaplikasikan ( Saifullah, 2008 : 63, 64
).
· Suatu dasar salep
yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2.
Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3.
Tidak merangsang kulit.
4.
Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5.
Stabil dalam penyimpanan.
6.
Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7.
Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8.
Mudah dicuci dengan air.
9.
Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10.
Mudah diformulasikan/diracik
Kualitas
dasar salep meliputi:
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati.
Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan
kelembaban yang ada dalam kamar.
a. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus
dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen. Sebab salep digunakan untuk kulit
yang teriritasi,inflamasi dan ekskloriasi.
b. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi
adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
c. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep
harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar
salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu
melepas obatnya pada daerah yang diobati.
d. Terdistribusi merata, obat harus
terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan
(Anief, 2005).
Salep dapat digolongkan berdasarkan
konsistensi, sifat farmakologi, bahan dasarnya dan formularium nasional antara
lain:
Menurut konsistensi, salep di bagi :
a) Unguenta : Salep yang memiliki
konsistensi seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah
dioleskan
b) Krim ( cream ): Salep yang banyak
mengandung air, mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c) Pasta : Salep yang mengandung lebih
dari 50% zat padat ( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan
penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.
d) Cerata Salep berlemak yang mengandung
persentase lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (
ceratum labiale ).
e) Gelones / spumae/ jelly : Salep yang
lebih halus, umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak mengandung mukosa
; sebagai pelicin atau basis, biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri
dari minyak dan lemak dengan titik lebur rendah. Contoh : starch jelly ( amilum
10% dengan air mendidih).
Menurut sifat farmakologi / terapetik
dan penetrasinya:
a) Salep epidermik (
epidermic ointment, salep penutup)
Salep ini berguna untuk melindungi
kulit, menghasilkan efek lokal dan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal
; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent.
Dasar salep yang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.
b) Salep endodermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke
dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian
dan digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
terbaik adalah minyak lemak.
c) Salep diadermik
Salep yang bahan obatnya menembus ke
dalam tubuh melalui kulit untuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep
yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.
Menurut dasar salepnya:
a) Dasar salep hidrofobik.
Salep yang tidak suka air atau salep yang dasar salepnya berlemak (greassy
bases): tidak dapat dicuci dengan air. Misalnya, campuran lemak-lemak , minyak
lemak, malam.
b) Dasar salep
hidrofilik.
Salep yang suka air atau kuat menarik
air, biasanya mempunyai dasar salep tipe o/w.
B. Bahan
Dasar Pembuatan salep
Salep dasar adalah zat pembawa dengan
massa lembek, mudah dioleskan, umumnya berlemak, dapat digunakan bahan yang
telah mempunyai massa lembek atau zat cair, zat padat yang terlebih dahulu
diubah menjadi massa yang lembek. Jika dalam komposisi tidak disebutkan salep
dasar, maka dapat digunakan vaselin putih. Jika dalam komposisi disebutkan
salep dasar yang cocok.
Pemilihan salep dasar yang dikehendaki
harus disesuaikan dengan sifat obatnya dan tujuan penggunaannya.
·
Salep Dasar-I
Salep dasar –I umunya digunakan vaselin putih, vaselin kuning, campuran
terdiri dari 50 bagian Malam putih dan 950 bagian vaselin putih, campuran
terdiri dari 50 bagiian Malam kuning dan 950 bagian vaselin kuning atau salep
dasar lemak lainnya seperti minyak lemak nabati, lemak hewan atau campuran
Parafin cairr dan Parafin padat. Salep dasar-I sangat lengket pada kulit dan
sukar dicuci; agar mudah dicuci dapat ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang
sesuai.
· Salep
Dasar-II
Salep Dasar-II umumnya digunakan lemak bulu domba, zat utama lemak bulu
domba terutama kolesterol, campuran terdiri dari 30 bagian kolesterol, 30
bagian stearilalkohol, 80 bagian Malam putih dan 860 bagian vaselin putih, atau
salep dasar sarap lainnya yang cocok. Salep dasar-II mudah menyerap air.
· Salep
Dasar-III
Salep dasar-III dapat digunakan ca,puran yang terdiri dari 0,25 bagian
Metil paraden, 0,15 bagian Propil parapen, 10 bagian Natrium laurilsulfat, 120
bagian Propilenglikol, 20 bagian Sterilalkohol, 20 bagian vaselin putih dan air
secukupnya hingga 1000 bagian, atau salep dasar emulsi lainnya yang cocok.
Salep dasar-III mudah dicuci.
· Salep
Dasar-IV
Salep dasar-IV dapat digunakan campuran yang terdiri dari 25 bagian
poliglikol 1500, 40 bagian poliglikol 4000 dan propilenglikol atau gliserol
secukupnya hingga 100 bagian, atau salep dasar larut lainnya yang cocok.
Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
Dasar
salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:
- Vaselin
putih,Vaselin kuning.
- Campuran
Vaselin dengan malam putih, malam kuning.
- Parafin encer,
Parafin padat.
- Minyak
tumbuh-tumbuhan
Dasar
salep serap, yaitu dapat menyerap air terdiri antara lain:
- Adeps lanae
- Unguentum
Simplex
Campuran 30 bagian malam kuning dan 70
bagian minyak wijen Hydrophilic petrolatum 86 Vaselin Alba,8 Cera Alba,3
Stearyl alcohol, dan 3 kolesterol(IMO,52-53)
Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam
dasar salep,Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada
dalam vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih
mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila
dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan
tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen,
baru ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain. Champora dapat
dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter secukupnya sampai larut
setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit, diaduk sampai
spiritus fortiornya menguap. Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep,
lebih mudah dicampur dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep
sedikit demi sedikit (IMO,hal 55)
Salah satu macam salep adalah salep mata
yang digunakan pada mata. Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi
mata, memungkinkan difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan
aktivitas obat dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
Vaselin merupakan dasar salep mata yang sering banyak digunakan. Beberapa dasar
salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan
dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan
dasar seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi
tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata( Anonim,1995 : 12, 13 )
Salep mata harus mengandung bahan atau
campuran bahan yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba
yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu
penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah
bersifat baktriostatik. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep
berbentuk larutan atau serbuk halus. Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan
steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep harus tertutup rapat dan
disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian pertama ( Anonim, 1995 : 12 ).
Sulfasetamid adalah senyawa antibakteri
golongan sulfonamide yang mempunyai spectrum luas dan banyak digunakan terhadap
bermacam – macam penyakit infeksi oleh kuman gram positif maupun negative, salahsatunya
pada infeksi mata yang disababkan oleh kuman – kuman yang peka terhadap
sulfonamide. Sulfasetamid merupakan sulfonamide aksi pendek yang mempunyai
aktivitas bakterisid ( Tjay, 2002 : 22 ).
2. Formula
Obat paten : Salep 24
Nama Obat : Salep 90
Pabrik obat : Pt. Washington Farma
ACIDI SALYCYLICI SULFURIS UNGUENTUM
Salep Asam Salisitat Belerang
R/ Tiap 10 g mengandung
:
Acidum
Salicylicum
: 200
mg
Sulfur
: 400
mg
Vaselinum album hingga
:
10 g
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis
: 3 sampai 4 kali sehari, dioleskan
I. Perhitungan
Bahan
· Asam
salisilat
: 200 mg x 20 : 400 mg : 0,4 g
10
· Sulfur
: 400 mg x 20 : 800 mg : 0,8 g
10
· Vaseline
album : 20
(0,4 + 0,8 )
=
18,8 g
II. Cara
Kerja
1. Siapkan
alat dan bahan
2. Setarakan
timbangan
3. Timbanglah
:
- asam salisilat 0,4 g
- Sulfur
0,8 g
- Vaseline
album dikertas perkamen yang telah diolesi paraffin cair.
4. Masukkan
asam salisilat kedalam lumping. Gerus
5. Tambahkan
sulfur sedikit demi sedikit. Gerus
6. Tambahkan
Vaseline album sedikit demi sedikit gerus sampai homogeny
7. Keluarkan
dari lumpang . masukkan kedalam pot salep
8. Beri
etiket biru
Uraian Bahan
a. Acid Salicylic
1. Nama
Latin
: Acidum Salycylicum
2. Sinonim
: Asam Salisilat
3. Berat molekul
: 138,12
4. Rumus
kimia
: C7H6O3
5. Pemerian
: Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna
putih; hamper tidak berbau; rasa agak manis dan tajam
6. Kelarutan
: Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol
(95%) P; mudah larut dalam klorofrom P dan dalam eter P;larut dalam
ammonium asetat Pdinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat Pdan natrium sitrat
P.
7. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
8. Khasiat
: Keratolitikum, anti fungi.
b. Sulfur
1. Nama
Latin
: Sulfur Praecypitatum
2. Sinonim
: Belerang endap
3. Berat
molekul
: 32,06
4. Pemerian
: tidak berbau tidak berasa
5. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah
larut dalam kardondisulpisa P,sukar larut dalam minyak zaitun P, sangat
sukar larut dalam etano (95%) P.
6. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
7. Khasiat
: Penggunaan antiskabies
c. Vaselin
album
1. Nama
Latin
: Vaselinum album
2. Sinonim
: Vaselin putih
3. Pemerian
: Massa lunak,lengket, bening, putih ;sifat ini
tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa
diaduk.
4. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, dan dalam
etanol (95% ) P, larut dalam kloroform P, dalam eter P dan eterr minyak
tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
5. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
6. Khasiat
: Penggunaan zat tambahan
KONTRAINDIKASI:
-
|
Jangan gunakan obat lebih sering dari yang telah-ditentukan.
|
-
|
Jangan gunakan pada kulit yang mere'kah karena terpapar secara berlebihan
oleh angin terbakar sinar matahari atau pada luka terbuka.
|
-
|
Hanya untuk pemakaian luar,hindarkan kontak dengan mata mulut dan
hidung
|
-
|
Hentikan pemakaian bila terjadi iritasi Konsultasikan dengan dokter bila
teriadi iritasi yang lebih parah.
|
-
|
Jangan gunakan obat di dekat panas,api,atau ketika merokok.
|
-
|
Jangan menggunakan obat topikal lain pada daerah yang sama selama menggunakan
Medi-Klin TR Gel.
|
-
|
Lanjutkan pengobatan hingga didapatkan hasil maksimal.
|
-
|
Gunakan pelembab untuk mengurangi iritasi dan kekeringan kulit.
Efek
Samping
-
Iritasi
kulit
-
sakit kepala yang parah,
napas cepat, atau telinga berdengung.
Nama Kelompok :
1.
Herlinah
2.
Methalina Artiana
3.
Nuri alamsyah
4.
Shafira Aulia Ramadansyah
5.
Siti Sarah Arrahmah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar