|
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini membahas mengenai Organisasi Pergerakan Nasional.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita sekalian.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
BAB I
PENDAHULUAN
Muncul dan
Berkembangnya Pergerkan Nasional Indonesia
Pada masa kolonial Belanda, rakyat Indonesia sangat menderita.
Penderitaan rakyat tersebut diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan kolonial yang merugikan
rakyat. Sebagai rakyat kecil yang ditindas oleh penjajah, tentu rakyat
Indonesia ingin memberontak, demikian pula para mahasiswa dan pemuda masa itu.
Khususnya mahasiswa STOVIA yang berusaha mengadakan perlawanan dengan cara
halus mengingat pertempuran fisik selalu mengalami kegagalan. Berangkat dari
kesadaran dan kemauan untuk melawan, maka mulai muncul berbagai organisasi
pergerakan. Meskipun masing-masing organisasi memiliki cara perjuangan yang
berbeda, mereka tetap mempunyai satu tujuan yaitu mencapai kemerdekaan.
Kebulatan tekad para pemuda untuk bersatu mencapai puncaknya dengan
dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Latar
Belakang Tumbuhnya Kesadaran Nasional
Sebenarnya, kesadaran nasional telah tumbuh sejak lama, terbuti dengan
adanya paham nasionalisasi saat itu. Namun, perjuangan bangsa Indonesia untuk
mencapai kemerdekaan saat itu masih bersifat kedaerahan, nah hal-hal berikut
inilah yang memicu rakyat Indonesia untuk akhirnya bersatu dan tidak lagi
bersifat kedaerahan:
·
Buku Max Havelaar dan Baron
van Hoevel karangan Douwes Dekker (Multatuli) menentang dan mengkritik
penyelewengan tanam paksa.
·
Theodore van Deventer,
menuntut penghapusan tanam paksa.
Dikenal sebagai politik etis atau politik balas budi. Dilaksanakan tahun 1901 (edukasi, irigasi, transmigrasi)
Dikenal sebagai politik etis atau politik balas budi. Dilaksanakan tahun 1901 (edukasi, irigasi, transmigrasi)
·
Didirikannya sekolah HIS,
MULO, AMS, Kweekschool, STOVIA, dan THS hanya untuk anak-anak kelas atas
Eropa dan bumiputera
·
Dianggapnya pendidikan
sebagai status sosial anak
·
Adanya pendidikan yang
menimbulkan terbentuknyagolongan cendekiawan/pelajar
Selain latar belakang seperti poin-poin di atas, ada pula faktor intern
dan ekstern yang mendorong perjuangan bangsa Indonesia.
Faktor
Intern
a.
Sejarah Masa Lampau yang Gemilang
Indonesia telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit
dan Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan
sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara.
Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk dapat
merebut kekuasaan itu kembali.
b.
Penderitaan Rakyat Akibat Penjajahan
Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan
kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan
rakyat Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya
menggalang persatuan. Perjuangan tidak lagi menggunakan kekuatan senjata tetapi
dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
c.
Pengaruh Perkembangan Pendidikan
Barat di Indonesia
Perubahan di negeri Indonesia banyak dipengaruhi oleh keadaan yang
terjadi di negeri Belanda. Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk rakyat
pribumi dengan tujuan untuk mendapat pekerja yang dibayar murah.
d.
Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim ternyata merupakan
salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia.
Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat mudah untuk memobilisasi
kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e.
Pengaruh Perkembangan Pendidikan
Kebangsaan di Indonesia
Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya
kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum
terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini dikenal
sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme
di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan
nasib bangsanya.
f.
Dominasi Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan
menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Akibatnya kaum Cina menjadi
lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan persatuan yang kokoh di antara
sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang
Cina.
g.
Peranan Bahasa Melayu
Bangsa Indonesia memiliki bahasa pergaulan umum, yakni bahasa Melayu.
Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting
untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok
Indonesia.
h.
Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia)
dan kata nesos (bahasa Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti
Kepulauan Hindia. Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar
luas pemakaiannya setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R.
Logan, Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain.
Faktor
Ekstern
a.
Kemenangan Jepang atas Rusia
Perjalanan sejarah dunia menunjukkan ketika tahun 1904-1905 terjadi
peperangan antara Jepang melawan Rusia, yang keluar sebagai pemenang dalam
peperangan itu adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap para
pelopor pergerakan nasional di Indonesia, bahwa tak selamanya orang berkulit
putih lebih hebat dari orang berkulit warna.
b.
Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di India, kaum pergerakan nasional di India
membentuk All India National Congress (Partai Kongres India). Di bawah
kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini menetapkan garis perjuangan yang
meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini,
terutama Satyagraha mengandung makna yang memberi banyak inspirasi terhadap
perjuangan di Indonesia.
c.
Filipina di bawah Jose Rizal
Tahun 1892, tokoh ternama, Jose Rizal melakukan perlawanan bawah tanah
terhadap penindasan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada
tanggal 30 Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap
patriotisme dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat
rela berkorban bagi para cendekiawan di Indonesia.
d.
Gerakan Nasionalisme Cina
Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya
pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan
Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e.
Gerakan Turki Muda
Gerakan Turki Muda pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha.
Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi pergerakan bangsa Indonesia
sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
Perkembangan
Pergerakan Nasional
Masa pergerakan nasional (1908 - 1942), dibagi dalam tiga tahap
berikut.
1. Masa
pembentukan (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam,
dan Indische Partij.
2. Masa radikal/nonkooperasi
(1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis Indonesia (PKI),
Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
3. Masa
moderat/kooperasi (1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo,
dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda,
dan organisasi perempuan.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan
kampanye menghimpun dana pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau
Jawa. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan
membantu para pelajar yang kekurangan dana. Dari kampanye tersebut akhirnya
pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr.
Sutomo. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak
dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf
yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,
membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali
seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan
dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak. Dalam perkembangannya, dalam
organisasi Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
°
Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar
saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah
saja.
°
Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke
arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang
menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya
perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari
keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban. Sejalan dengan
kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, maka pada tahun
1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra).
Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik.
b.
Sarekat Islam (SI)
Awalnya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo
oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang
diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas, maka
tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu agar memiliki anggota
lebih banyak dan luas ruang lin gkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912,
SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti
H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang
pesat karena bermotivasi agama Islam. SI merupakan organisasi massa pertama di
Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan
dengan Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum.
Namun, Idenburg menyetujui SI menjadi badan hukum. Anehnya, yang mendapat
pengakuan pemerintah kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru
cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini merupakan taktik pemerintah kolonial
Belanda untuk memecah belah persatuan SI. Dalam kongres SI yang dilaksanakan
tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota
SI tidak boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang
beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
\
SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
\
SI Merah, yang berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang.
Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti
nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis
Indonesia (PKI).
c.
Indische Partij (IP)
IP didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga
Serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat. IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama
orang Indo dan bumi putera. Karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka
diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya
makin bertambah kuat. Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi
pergerakan yang secara terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin
mencapai Indonesia merdeka. Tujuan Indische Partij adalah untuk membangun
patriotisme terhadap tanah air. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc
dan surat kabar ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk
membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. R.M. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een Nederlander
was’, Andaikan aku seorang Belanda. Akibat dari tulisan itu R.M. Suwardi
Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo yang
dimuat dalam De Express tanggal 26 Juli 1913 yang diberi judul Kracht of Vrees?
Berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr. Tjipto pun ditangkap,
E.F.E. Douwes Dekker pun turut mengkritik dalam tulisannya di De Express
tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemoen
Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan
Soewardi Soerjaningrat). Akhirnya ketiga tokoh dari Indische Partij pun
ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Pada tahun 1914 Cipto
Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Sedangkan Suwardi
Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun
1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan, dikenal sebagai Ki
Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga
mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan yayasan pendidikan
Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam perkembangannya, E.F.E
Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke Suriname, Amerika Latin.
d.
Perhimpunan Indonesia
Tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi bernama Indische
Vereeniging. Pelopor pembentuknya adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto
Suroto. Melalui rapat pada 3 Februari 1925 sebuah organisasi bernama
Indonesische Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Kegiatan
internasional, dunia internasional pun akhirnya mengetahui aktivitas perjuangan
para pemuda Indonesia.
e.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal 23 Mei
1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh
Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P.
Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di
Semarang pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam
ISDV antara lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain. PKI terus berupaya
mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Pada tanggal 13 November 1926, Partai
Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Pemberontakan ini sia-sia karena organisasinya masih kacau.
Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal mereka
masih melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin meneruskan
propaganda untuk tetap memperjuangkan aksi revolusioner di Indonesia.
f.
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self, help, dan nonmendiancy
(berjuang dengan usaha sendiri), sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Kongres Partai Nasional Indonesia yang pertama kali diadakan di
Surabaya, tanggal 27 – 30 Mei 1928. Peranan PNI dalam pergerakan nasional
Indonesia sangat besar. Ketika pengawasan terhadap kegiatan politik dilakukan
semakin ketat, berkembanglah desas desus bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan, maka empat tokoh PNI yaitu Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo,
Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh
pengadilan Bandung. Dalam suatu kongres luar biasa di Jakarta tanggal 25 April
1931, diambil keputusan untuk membubarkan PNI. Mr. Sartono kemudian mendirikan
Partindo. Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran masuk dalam Pendidikan
Nasional Indonesia (PNI Baru) yang didirikan oleh Drs. Mohammad Hatta dan Sutan
Syahrir. Baik Partindo maupun PNI Baru, masih memakai asas PNI yang lama yaitu
self, help, dan nonkooperasi
g.
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI dibentuk di Bandung pada tanggal 17 - 18 Desember 1927.
Beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum
Studi Indonesia.
h.
Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929,
maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo didirikan oleh
Sartono pada tahun 1929. Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional.
Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self
help dan nonkooperasi. Partindo semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke
dalamnya pada tahun 1932, setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena
kegiatan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan pemerintah melakukan
pengawasan yang cukup ketat. Karena tidak bisa berkembang, maka tahun 1936
Partindo bubar.
i.
Partai Indonesia Raya (Parindra)
Parindra didirikan di Solo oleh dr. Sutomo tanggal 26 Desember 1935.
Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Tokoh-tokoh Parindra yang
terkenal dalam membela kepentingan rakyat di volksraad adalah Moh. Husni
Thamrin. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil, terbukti
pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.
j.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24
Mei 1937 oleh orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono,
Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai
Indonesia Merdeka. Gerindo juga menganut asas insidental yang sama dengan Parindra
dengan tujuan mencapai Indonesia Merdeka, memperkokoh ekonomi Indonesia,
mengangkat kesejahteraan kaum buruh, dan memberi bantuan bagi kaum
pengangguran.
k.
Gabungan Poilitik Indonesia (Gapi)
Tanggal 21 Mei 1939, dibentuk Gabungan Politik Indonesia dengan tujuan
agar bangsa Indonesia berdiri sendiri sebagai negara parlemen.
l.
Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di
Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Dalam
perkembangannya, Muhammadiyah menghadapi tantangan dari golongan Islam
konservatif. Mereka melihat Muhammadiyah begitu terbuka terhadap kebudayaan
Barat sehingga khawatir kemurnian Islam akan dirusakkan. Oleh karena itu para
ulama mendirikan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926. Gerakan NU dipelopori oleh
K.H. Hasyim Asy’ari. Gerakan Muhammadiyah banyak mendapat simpati termasuk
pemerintah kolonial Belanda karena perjuangannya tidak bersifat konfrontatif
(menentang). Dalam Kongres Muhammadiyah yang berlangsung dari tanggal 12 - 17
Maret 1925 di Yogyakarta, diperbincangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengajaran Islam, mass media Islam, dan buku-buku tentang Islam yang berbahasa
Jawa.
m.
Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang
pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Diprakarsai oleh dr. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Organisasi kepemudaan lainnya banyak
bermunculan seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak,
Jong Ambon, Jong Celebes, R.A. Kartini Timorees Ver Bond, PPPI
(Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong Islamienten
Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan para pemuda, kaum wanita
juga tidak mau ketinggalan. Pergerakan wanita dipelopori oleh R.A.Kartini dari
Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini.
n.
Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang
bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada
tahun 1926. PPPI mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan
seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan penuh
keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan
suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang
ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Oleh karena itu mereka
bergabung dalam organisasi Sumpah Pemuda.
Kesimpulan
·
Penderitaan karena dijajah, membuat kepercayaan diri dan semangat
rakyat Indonesia bangkit, melihat berbagai macam faktor ekstern dan faktor
intern yang menekan, akhirnya berbagai macam organisasi untuk memperjuangkan
kemerdekaan pun muncul.
·
Budi Utomo, organisasi yang berdiri
pada 20 Mei 1908, diketuai Dr. Sutomo, dan bergerak dalam bidang pendidikan,
pada perjalanannya Budi Utomo akhirnya bergerak dalam bidang politik, dan
organisasi ini diakhiri degan terpecahnya Budi Utomo menjadi 2 aliran, pihak
kanan dan pihak kiri.
·
Sarekat Islam (SI),
organisasi dari Solo, didirikan pada 18 September 1912 oleh H.O.S Cokroaminoto,
Abdul Muis, dan H. Agus Salim, merupakan organisasi massa pertama di Indonesia
yang akhirnya terpecah menjadi 2 aliran, SI Merah yang beraliran komunis (PKI)
dan SI Putih (PSII) yang beraliran nasionalisme dn islam
·
Indische Partij,
organisasi Bandung, didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo,
dan Suwardi Suryaningrat, bertujuan untuk membentuk kerja sama orang Indo-bumi
putera dalam membangun patriotisme terhadap tanah air. Dalam perjuangannya,
E.F.E Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat sempat
ditangkap dan diasingkan Belanda, hanya Suwardi Suryaningrat yang dikembalikan
ke Indonesia dan kemudian membangun Perguruan Taman siswa.
·
Perhimpunan Indonesia,
merupakan organisasi yang dulunya dibangun Belanda, melalui rapat pada 3
Februari 1925 akhirnya nama Indische Vereeniging diubah menjadi Perhimpunan
Indonesia, dari situ masyarakat internasional mengetahui perjuangan pemuda Indonesia
untuk kemerdekaan.
·
Partai Komunis Indonesia, berdiri
pada 23 Mei 1920, tokoh Indonesia yang bergabung dalam organisasi ini adalah
Semaun, Darsono, dan Alimin, organisasi ini terus melakukan pemberontakan
karena ingin Indonesia menjadi negara komunis, walau telah dinyatakan sebagai
organisasi illegal, namun mereka tetap melakukan kegiatan politiknya
·
Partai Nasional Indonesia,
organisasi yang bertujuan untuk mencapai Indonesia Merdeka, dalam perjuangannya
tokoh PNI, Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan
Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pengadilan Bandung. Pada
akhirnya, dalam kongres di Jakarta, 25 April 1931, PNI dibubarkan, kemudian Mr.
Sartono mendirikan Partindo untuk mereka yang tidak setuju atas dibubarkannya
PNI, sedangkan Moh.Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI baru.
·
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI), organisasi Bandung yang
beranggotakan organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia
(PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum
Studi Indonesia.
·
Partai Indonesia,
organisasi yang didirikan dr.Sartono ketika Ir. Soekarno sang tokoh PNI
ditangkap, saat itu PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo
didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. Karena tidak bisa berkembang, maka
tahun 1936 Partindo bubar.
·
Partai Indonesia Raya,
didirikan dr.Sutomo, dengan tokoh terkenalnya M.H Thamrin, tujuannya untuk
mencapai Indonesia raya, dan perjuangan Parindra dalam volksraad cukup
berhasil. Pemerintah Belanda akhirnya mengganti istilah inlandeer menjadi
Indonesier.
·
Gerakan Rakyat Indonesia,
didirikan oleh orang-orang bekas Partindo, Tokoh-tokohnya antara lain Sartono,
Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai
Indonesia Merdeka.
·
Gabungan Politik Indonesia, Tanggal
21 Mei 1939, dibentuk Gabungan Politik Indonesia dengan tujuan agar bangsa
Indonesia berdiri sendiri sebagai negara parlemen.
·
Organisasi Keagamaan,
Muhammadiyah adalah organisasi islam yang paling maju, sebab mereka tidak
menunjukkan adanya pertentangan, namun atas terlalu terbukannya mereka,
dikhawatirkan kemurnian islam menjadi rusak, oleh karena itu dibentuk pula
Nahdatul Ulama sebagai pengawas.
·
Organisasi Pemuda dan Wanita,
perkumpulan pertama yang berdiri adalah Tri Koro Dharmo, kemudian muncul
organisasi kepemudaan lainnya seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong
Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes,Timorees Ver Bond, PPPI, Pemuda
Indonesia, Jong Islamienten Bond, dan kepanduan. Sedangkan Pergerakan wanita
dipelopori oleh R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini.
·
Sumpah Pemuda, berawal dari PPPI yang
mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen
Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten
Bond. Para pemuda ini menginginkan penyatuan untuk kemerdekaan. Oleh karena itu
mereka bergabung menjadi organisasi Sumpah Pemuda.