MAKALAH
Sejarah
Indonesia
Teori Evolusi Dari Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam
DI SUSUN OLEH :
ü AI GITA AGUSTINA K.
ü HERLINAH
ü NURI ALAMSYAH
KELAS : Xl.B
SMK FARMASI BHAKTI KENCANA CITEUREUP
JL.RAYA TAJUR KP.BABAKAN DES.TARIKOLOT
CITEUREUP – BOGOR
Kata pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul“Teori Evolusi Dari Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam”.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul“Teori Evolusi Dari Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan
dari berbagai sumber, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya .
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Citeureup,21 November 2014
Penyusun pembimbing
Hj.Aminah,S.Pd
Judul........................................................................................................ 1
Kata
pengantar........................................................................................ 2
Daftar
isi.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang.................................................................................. 4
1.2. Rumusan masalah.............................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian......................................................................................... 5
2.2Teori
Evolusi Charles Darwin.............................................................6
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan........................................................................................ 14
3.2
Saran................................................................................................. 14
Daftar
Pustaka.............................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perdebatan mengenai evolusi tidak
ada habisnya untuk dibahas. Dari dulu para ilmuan selalu memperdebatkan masalah
kebenaran teori evolusi. Dalam kamus besar bahasa indonesia di sebutkan
bahwa evolusi adalah perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur
atau perlahan-lahan (sedikit demi sedikit). Dengan kata lain berevolusi berarti
berubah secara berangsur-angsur dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Evolusi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
perubahan struktur gen dalam jangka waktu yang lama. Evolusi secara harfiah
dapat dikatakan sebagai suatu proses spesiasi (pembentukkan spesies). Evolusi
juga dapat dikatakan sebagai suatu cabang ilmu yang menjelaskan bagaimana
keanekaragaman hayati terjadi.
Charles Darwin (1809-1882) seorang penggawa teori evolusi
ini mengatakan bahwa spesies hidup sekarang berasal dari spesies lain yang
hidup dimasa lampau. Dan bila diurut lebih lanjut, semua spesies makhluk hidup
termasuk manusia diturunkan dari nenek moyang yang sama. Darwin menjelaskan
bahwa manusia berasal dari kera. Penjelasan Darwin semacam ini menuai
perdebatan dari banyak pihak, salah satunya dari kalangan agama, sebagai contoh
Islam.
Dalam ajaran yang dianut oleh Islam Adam adalah nenek moyang
dari manusia yang secara notabene adalah manusia pertama di muka bumi.
Oleh karena itu kami menyusun makalah yang berjudul benarkah
evolusi itu ada mengajak kita semua ikut mempelajari mengenai evolusi karena
merupakan bagian dari ilmu pegetahuan yang kebenarannya masih bersifat empiris.
Jika ada bukti ilmiah yang meruntuhkan teorinya, kebenaranya dapat berubah
menjadi salah. Jadi bagi yang tidak percaya bahwa proses evolusi itu ada harus
menunjukkan bukti ilmiah yang dapat meruntuhkan teorinya, bukan atas dasar
emosi, asumsi atau prediksi.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya sebagai
berikut.
Bagaimana penjelasan teori evolusi dari Charles Darwin ?
Apakah penemuan ilmiah membantah atau bahkan mendukung teori
Charles Darwin mengenai Teori Evolusi ?
Dan bagaimana pula teori Evolusi dipandang dari segi agama
Islam ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
Untuk menguraikan penjelasan teori Evolusi dari Charles
Darwin
Untuk mengetahui apakah penemuan-penumuan para ahli banyak
yang mendukung ataukah malah membantah teori Charles Darwin
Dan membandingkan teori Evolusi dari sudut pandang Agama
Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evolusi
Sebelum kita membahas lebih jauh perdebatan tentang eksistensi evolusi, terlebih
dahulu perlu kita ketahui pengertian tentang evolusi itu sendiri. Secara
bahasa, kata Evolusi berasal dari bahasa latin yang artinya membuka gulungan
atau membuka lapisan. Kemudian kata tersebut diserap dalam bahasa inggris
menjadi kata evolution yang berarti perkembangan secara bertahap. Sedangkan
menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), evolusi adalah perubahan
(pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit
demi sedikit). Pengertian diatas mengindikasikan bahwa, secara umum evolusi
merupakan proses perubahan yang berjalan secara lambat, dalam arti sedikit demi
sedikit dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Sedangkan menurut ilmu sejarah,
evolusi adalah perkembangan ekonomi, sosial dan politik tanpa adanya paksaan
dari waktu ke waktu secara sedikit demi sedikit dan dalam jangka waktu yang
lama.
Dalam Sosiologi, evolusi sering diartikan sebagai perubahan sosial. Arti ini
sangatlah cocok dengan arti dasar dari evolusi itu sendiri, bahwa evolusi
adalah perubahan secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan dari bentuk satu ke
bentuk yang lain. Arti umum evolusi ini, mengisyaratkan bahwa evolusi berlaku
untuk umum, dan tidak identik dengan cabang ilmu pengetahuan tertentu. seperti
yang telah dijelaskan diatas, bahwa setiap ilmu pengetahuan mempunyai
pengertiannya masing-masing mengenai evolusi. Mulai dari biologi, sebagai
evolusi yang masyhur dari Charles Darwin, kemudian Ilmu Sejarah, Sosiologi, dan
lain sebagainya.
Teori evolusi dalam sosiologi di
populerkan oleh Herbert Spencer, seorang sosiolog dari inggris. Herbert Spencer
lebih awal memunculkan gagasan teori evolusi ketimbang Darwin. Spencer
mengenalkan konsep evolusi sosial dalam bukunya Social Statics pada
1850, sembilan tahun sebelum Darwin menulis Origin of Species (1859).
Spencer (1897) menguraikan teori evolusi secara mendalam dalam The
Principles of Sociology yang terbit 1897 di New York. Dalam buku ini
Spencer menyebut kata “evolusi” dalam beragam variannya sebanyak 249 kali, termasuk
kutipan langsung dan daftar isi.
Meskipun antara biologi dan
sosiologi sama-sama mempelajari evolusi, bukan berarti kajian yang ada
didalamnya sama persis di antara keduanya. Antara Sosiologi dan Biologi
mempunyai sejumlah perbedaan.
Sztompka(2010) menjelaskan perbedaan-perbedaan
diantara keduanya. Pertama, evolusionisme sosiologis adalah sebuah teori
ontogenesis yang mengacu pada kesatuan unik, tungal (masyarakat manusia),
sedangkan Darwinisme adalah teori phylogenesis yang mengacu pada asal usul
spesies atau manusia. Kedua, sosiolog menjelaskan mekanisme perkembangan
kemampuan yang terkandung didalam diri objek yang dikaji, sedangkan darwinisme
memusatkan perhatian pada perubahan acak dalam diri spesies, perjuangan untuk
mempertahankan hidup – yakni yang paling mampu menyesuaikan diri yang akan
bertahan hidup – dan seleksi alamiah yang menghasilkan segmen populasi yang
paling baik kemampuan adaptasinya.
Dari berbagai penjelasan pengertian evolusi
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa evolusi adalah perubahan atau
perkembangan sesuatu dari satu bentuk ke bentuk yang lain secara sedikit demi
sedikit dan perlahan dalam waktu yang lama. Arti evolusi secara umum tidak
hanya berlaku untuk studi Biologi saja, akan tetapi juga disiplin-disiplin ilmu
yang lain seperti Ilmu Sejarah, Sosiologi dan sebagainya.
2.2 Teori Evolusi Charles Darwin
Teori Evolusi Charles Robert Darwin
(1809–1882), masih menjadi perdebatan panjang hingga sampai saat ini. Teori ini
menyebutkan bahwa manusia yang saat ini merupakan hasil evolusi dari spesies
kera. Banyak pertentangan mengenai pernyataan tersebut. Akan tetapi bagaimana
pertentangan tersebut akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. Pada sub bab
ini, kita akan membicarakan mengenai bagaimana penjelasan-penjelasan dari teori
ini.
Evolusi secara umum tidak dapat terlepas
dari kehidupan masa lampau. Hal yang saat ini, merupakan hasil dari proses masa
lampau. Kita yang sekarang merupakan akibat dari bagaimana kita di masa lalu.
Begitu pula bagaimana Darwin menjelaskan teorinya. Silahkan perhatikan gambar
dibawah ini,
Evolusi manusia
Gambar diatas menunjukkan asumsi darwinisme
mengenai bagaimana proses kera berevolusi secara bertahap dan perlahan-lahan
dalam waktu yang lama yang pada akhirnya menjadi manusia. Darwinisme sangat
percaya bahwa manusia berasal dari kera. Teori evolusi ini mempunyai asumsi
dasar bahwa semua makhluk hidup berasal dari mahkluk hidup sebelumnya yang
dapat muncul dengan variasi baru sehingga menyebabkan terjadinya keanekaragaman
makhluk hidup. Adanya variasi-variasi tersebut dapat menyebabkan spesies baru
yang mana spesies baru ini sebagai hasil dari pewarisan sifat
organisme yang berubah dari generasi satu ke generasi selanjutnya dalam kurun
waktu jutaan tahun.
Banyak tokoh yang berpendapat tentang hal
evolusi ini, tetapi belum ada satu teori yang dapat menjawab semua fakta dan
kejadian tentang sejarah perkembangan makhluk hidup. Beberapa teori dari para
ahli yang menjadi dasar dari teori evolusi, di antaranya sebagai berikut.
1. Teori evolusi Aristoteles
(384-322 SM).
Aristoteles adalah seorang filosof yang berasal dari Yunani,
yang mencetuskan teori evolusi. Ia mengatakan bahwa evolusi yang terjadi
berdasarkan metafisika alam, maksudnya metafisika alam dapat mengubah organisme
dan habitatnya dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
2. Teori evolusi Anaximander
(500 SM0.
Anaximander juga merupakan seorang filosof yang berasal dari
Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia berawal dari makhluk akuatik mirip ikan
dan mengalami proses evolusi.
3. Teori evolusi Empedoclas
(495-435 SM).
Empedoclas adalah seorang filosof Yunani. Ia mengemukakan
teori bahwa kehidupan berasal dari lumpur hitam yang mendapat sinar dari
matahari dan berubah menjadi makhluk hidup. Evolusi terjadi dengan dimulainya
makhluk hidup yang sederhana kemudian berkembang menjadi sempurna dan akhirnya
menjadi beraneka ragam seperti sekarang ini.
4. Teori evolusi Erasmus
Darwin (1731-1802).
Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Robert Darwin,
seorang tokoh evolusi berkebangsaan Inggris. Teorinya adalah bahwa evolusi
terjadi karena bagian fungsional terhadap stimulasi adalah diwariskan. Ia
menyusun buku yang berjudul Zoonamia yang menentang teori evolusi dari Lamarck.
5. Teori evolusi Count de
Buffon (1707-1788).
Buffon berpendapat bahwa variasi-variasi yang terjadi karena
pengaruh alam sekitar diwariskan sehingga terjadi penimbunan variasi.
6. Teori evolusi Sir Charles
Lyell (1797-1875).
Lyell adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Skotlandia
dengan bukunya yang terkenal berjudul Principles of Geology. Di dalam bukunya
tersebut Lyell berpendapat bahwa permukaan bumi terbentuk melalui proses
bertahap dalam jangka waktu yang lama.
7. Teori evolusi Jean Baptise
de Lamarck.
Jean Baptise de Lamarck (1744 – 1829) seorang ahli biologi
kebangsaan Perancis, memiliki suatu gagasan dan menuliskannya dalam bukunya
berjudul “Philoshopic”. Dalam bukunya tersebut Lamarck mengatakan sebagai
berikut.
Lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat
yang diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan.
Ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada
keturunannya.
Organ yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh
membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami pemendekan atau
penyusutan, bahkan akan menghilang. Contoh yang dapat digunakan oleh Lamarck
adalah jerapah. Menurut Lamarck, pada awalnya jerapah memiliki leher pendek.
Karena makanannya berupa daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha untuk
dapat menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka semakin lama, leher
jerapah menjadi semakin panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih panjang
lagi.
Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin
(kakek dari Charles Darwin) yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah
heterogen, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang.
Jerapah-jerapah tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Dari
persaingan tersebut jerapah berleher panjang akan menang dan akan tetap hidup,
sifat ini akan diwariskan kepada keturunannya. Jerapah yang berleher pendek
akan mati dan perlahan-lahan mengalami kepunahan.
Agar lebih jelas mengenai perbandingan dua teori ini, dapat
Anda perhatikan Gambar 7.3.
Gambar 7.3 Teori jerapah berleher panjang menurut Lamarck
dan Erasmus Darwin
8. Teori evolusi Charles Robert Darwin (1809–1882).
Charles Robert Darwin (1809–1882) adalah seorang ilmuwan
berkebangsaan Inggris, yang mana teori evolusi yang dibentuknya mengalami
banyak kontroversi hingga saat ini. Charles Darwin melakukan pelayaran pada
tahum 1831 dengan menggunakan kapal HMS Beagel, ia melakukan pelayaran menuju
ke Kepulauan Galapagos, yang merupakan kepulauan terpencil kurang lebih 1050 km
dari dari daratan utama Amerika Serikat. Dalam pelayarannya hingga sampai di
Kepulauan Galapagos tersebut Charles Darwin menemukan dan mengamati berbagai
macam burung Finch yang memiliki berbagai macam bentuk paruh. Perbedaan
morfologi tersebut ternyata menunjukkan adanya hubungan kekerabatan dengan
burung yang ada di Amerika Serikat.
Menurut Omer Cenker Ilicehi dalam
pelita.or.id, sesuai dengan prinsip ajaran Darwin bahwa spesies makhluk
hidup terutama jenis-jenis burung "finch" tertentu di kepulauan
Galapagos, menyebutkan adanya variasi pada burung-burung itu disebabkan oleh
adaptasi mereka terhadap habitat.
Hasil penemuan burung Finch oleh Darwin
seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat dilihat pada Gambar dibawah ini,
Dengan pemikiran yang didasarkan pada
observasi dan penemuan terhadap burung “finch” tersebut, Darwin menduga bahwa
asal usul kehidupan dan spesies pada konsep adaptasi terhadap lingkungan,
sehingga muncul aneka spesies makhluk hidup, itu berasal dari nenek moyang yang
sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
Sedangkan pada sumber lain, dijelaskan juga
bahwa, dalam teorinya darwin mengatakan "Suatu benda (bahan) mengalami
perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada
kesempurnaan". Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga
sampai kepada asal-usul manusia. Menurutnya manusia sekarang ini adalah hasil
yang paling sempurna dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum
mekanik seperti halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu
ajaran(pengertian) bahwa manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi
dari kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan
telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa dalam teorinya Darwin berpendapat, manusia berasal dari perkembangan
makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi hewan kera
tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk yang tertua yang
ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang diperkirakan
umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun dengan ukuran otak sekitar 450 - 1450
cm3. Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya bagi
kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak rata-rata
450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang mempunyai volume
otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu antara
400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi anehnya
perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini
selama ± 100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini
tidak mengemukakan alasannya.
2.3 Pendapat Ahli dan Penemuan-penemuan Ilmiah Berkaitan
dengan Teori Evolusi Charles Darwin
Secara umum, tanggapan ahli lain terhadap teori Darwin
adalah:
a. Mendapat tantangan terutama dari golongan agama, dan yang
menganut paham teori penciptaan (Universal Creation).
b. Mendapat pembelaan dari penganut Darwin antara lain ,
Yoseph Hooker dan Thomas Henry Huxley (1825-1895).
c. Mendapat kritik dan pengkayaan dari banyak ahli antara
lain Morgan (1915), Fisher (1930), Dobzhansky (1937), Goldschmidt (1940) dan
Mayr (1942).
Salah satu seseorang yang mengkritik
sekaligus menentang secara tajam pemikiran Darwin ini adalah Harun Yahya. Harun
Yahya yang mempunyai nama asli Adnan Oktar ini dilahirkan di Ankara pada tahun
1956.
Didalam E-Book nya, yang di download pada
tanggal 18-03-2012 melalui situs id.harunyahya.com, Yahya yang merupakan
seorang penulis dan kreasionis islam asal Turki ini menuliskan bahwa, di saat
gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botani Austria bernama
Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak
banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat
perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika.
Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun
1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis
menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar
biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
Perkembangan ini seharusnya membuat teori
Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini tidak terjadi, karena
ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merevisi, memperbarui dan
mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud
upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat
tujuan ideologis, bukan sekadar kepentingan ilmiah.
Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis
karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat pertama abad ke-20.
Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekad bulat tetap setia kepada
Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan
yang diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika
seperti G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli zoologi seperti
Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson
dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan
Sewall Right, setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara untuk
“menambal sulam” Darwinisme.
Kader-kader ini berfokus kepada pertanyaan
tentang asal usul variasi menguntungkan yang diasumsikan menjadi penyebab
makhluk hidup berevolusi —sebuah masalah yang tidak mampu dijelaskan oleh
Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung pada teori Lamarck. Gagasan
mereka kali ini adalah “mutasi acak” (random mutations). Mereka menamakan teori
baru ini “Teori Evolusi Sintetis Modern” (The Modern Synthetic Evolution
Theory), yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi
alam Darwin. Dalam waktu singkat, teori ini dikenal sebagai “neo-Darwinisme”
dan mereka yang mengemukakannya disebut “neo-Darwinis”.
Beberapa dekade berikutnya menjadi era
perjuangan berat untuk membuktikan kebenaran neo-Darwinisme. Telah diketahui
bahwa mutasi — atau “kecelakaan” — yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup
selalu membahayakan. Neo-Darwinis berupaya memberikan contoh “mutasi yang
menguntungkan” dengan melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi semua
upaya mereka berakhir dengan kegagalan total.
Mereka juga berupaya membuktikan bahwa
makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi
primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi
eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yang
bertujuan membuktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah
gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein,
yang merupakan molekul penyusun kehidupan, dapat muncul secara kebetulan.
Begitu pula sel, yang menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada
kondisi bumi primitif dan tidak terkendali, tidak dapat disintesis oleh
laboratorium-laboratorium abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.
Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan pula
oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun
“bentuk-bentuk transisi” yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti
evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih
maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga
telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang
sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan
keturunannya.
Neo-Darwinisme memang tidak pernah menjadi
teori ilmiah, tapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak bisa disebut
sebagai semacam "agama". Oleh karena itu, pendukung teori evolusi
masih saja mempertahankannya meskipun bukti-bukti berbicara lain. Tetapi ada
satu hal yang mereka sendiri tidak sependapat, yaitu model evolusi mana yang
“benar” dari sekian banyak model yang diajukan. Salah satu hal terpenting dari
model-model tersebut adalah sebuah skenario fantastis yang disebut “punctuated
equilibrium”.
Sebagian besar ilmuwan yang mempercayai
evolusi menerima teori neo-Darwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan
bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini, telah dikemukakan sebuah model
lain yang dinamakan “punctuated equilibrium”. Model ini menolak gagasan Darwin
tentang evolusi yang terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit.
Sebaliknya, model ini menyatakan evolusi terjadi dalam “loncatan” besar yang
diskontinu.
Pembela fanatik pendapat ini pertama kali
muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya, dua orang ahli paleontologi Amerika,
Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould, sangat sadar bahwa pernyataan
neo-Darwinis telah diruntuhkan secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil
telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap,
tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang
neo-Darwinis senantiasa berharap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari
akan ditemukan. Eldredge dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar,
namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena
itulah akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang disebut punctuated
equilibrium tadi. Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi
sebagai hasil dari variasi minor, namun dalam per-ubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai
contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan
bagi Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir
telur reptil, sebagai “mutasi besar-besaran” (gross mutation), yakni akibat
“kecelakaan” besar yang terjadi pada struktur gen.6 Menurut teori tersebut,
seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan
menyeluruh secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan
hukum-hukum genetika, biofisika dan biokimia ini, sama ilmiahnya dengan dongeng
katak yang menjadi pangeran! Dalam ketidakberdayaan karena pandangan
neo-Darwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi
mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada
neo-Darwinisme itu sendiri.
Satu-satunya tujuan model ini adalah
memberikan penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang tidak dapat
dijelaskan model neo-Darwinis. Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam
evolusi burung dengan pernyataan bahwa “seekor burung muncul tiba-tiba dari
sebutir telur reptil” sama sekali tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh
evolusionis sendiri, evolusi dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan
perubahan besar informasi genetis yang menguntungkan. Akan tetapi, tidak ada
mutasi yang memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru
padanya. Mutasi hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian, “mutasi
besar-besaran” yang digambarkan oleh model punctuated equilibrium hanya akan
menyebabkan pengurangan atau perusakan “besar-besaran” pada informasi genetis.
Lebih jauh lagi, model punctuated
equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya menjawab
pertanyaan tentang asal usul kehidupan; pertanyaan serupa yang menggugurkan
model neo-Darwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yang muncul secara
kebetulan, perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran
protein mengalami proses evolusi secara “tiba-tiba” atau “bertahap” tidak masuk
akal.
2.4 Teori Evolusi dari sudut pandang Agama Islam
Sejak munculnya teori Evolusi pada tahun 1859 oleh Darwin, teori ini telah
mendapat banyak dukungan maupun kritikan bahkan cacian dari berbagai kalangan.
Pihak-pihak yang mendukung teori ini antara lain seperti, Yoseph Hooker dan
Thomas Henry Huxley (1825-1895). Kemudian ihak-pihak yang mengkritik teori
darwin ini sekaligus membenahinya seperti Morgan (1915), Fisher (1930)
Dobzhansky (1937), Goldschmidt (1940), dan Mayr (1942). Selain mendapatkan
dukungan dan pengembangan oleh beberapa orang, teori darwin ini juga
mendapatkan tentangan dari golongan agama dan penganut paham teori penciptaan
(Universal Creation).
Harun Yahya dalam e-book nya
yang berjudul “keruntuhan teori evolusi” menyebutkan bahwa teori evolusi darwin
ini tidak hanya sekadar konsep biologi. Akan tetapi teori evolusi ini telah
menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia.
Filsafat yang disebut harun yahya dalam bukunya tersebut adalah filsafat
materialisme. Filsafat materialisme menurutnya mengandung sejumlah pemikiran
penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul dimuka bumi.
Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu selain materi dan materi
adalah esensi dari segala sesuatu baik yang hidup maupun tak hidup. Yahya juga
mengatakan bahwa dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini
mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan
berpaling dari nilai-nilai moral. Materialisme mengingkari adanya Sang
Pencipta, sehingga filsafat materialisme merupakan awal dari bencana besar yang
akan menimpa hidup manusia.
Salah satu dari kritik Harun Yahya seperti yang telah dijelaskan diatas,
merupakan suatu hal yang mengisyaratkan bahwa Teori Evolusi Darwin masih
menimbulkan banyak tanda tanya pada banyak pihak. Dalam islam misalnya,
Agama Islam dengan tegas menolak teori yang diajukan oleh Darwin tersebut dalam
Al-Qur’an Surat AL-Baqarah: 30 disebutkan,
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat;
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya
(tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan
kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan
menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan
memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)
Pada bagian surat “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat;
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Ayat ini
adalah penjelasan dari penciptaannya Nabi Adam. Kata khalifah pada ayat diatas
mempunyai banyak arti seperti pemimpin/pengganti /penerus. Dalam Beberapa
tafsir disebutkan bahwa kata khalifah pada ayat tersebut diartikan sebagai
pengganti. Dengan kata lain, adam merupakan pengganti dari makhluk sebelumnya
yang mempunyai sifat saling membunuh. Seperti yang dijelaskan pada bagian ayat
yang selanjutnya.
Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu
orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan),
padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan
berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Ada beberapa sumber yang menjelaskan mengenai kecocokan antara temuan-temuan
ilmiah dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Pada website
http://f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/manusia2.html yang diakses pada
tanggal 20-03-2012, memaparkan bahwa Terwujudnya alam semesta ini berikut
segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. hal ini sesuai
dengan firman Allah :
"Yang menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada iantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas
Arsy (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha
Mengetahui." (QS. Al Furqaan (25) : 59)
Keenam masa itu adalah Azoikum,
Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari
penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan
yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya
masing-masing. (tidak berevolusi).
"...dan Dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (QS.
Al Furqaan (25) : 2)
Dari perpaduan antara Al Qur’an dengan hasil
penelitian ini maka teori evolusi Darwin tidak dapat diterima. Dari penelitian
membuktikan bahwa kurun akhir (cenozoikum) adalah masa dimana mulai muncul
manusia yang berbudaya dan Allah menciptakan lima kurun sebelumnya lengkap
dengan segala isinya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh
manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala
yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu"
(QS Al Baqarah (2) : 29)
Kemudian di dalam surat Al Baqarah ayat 31 s/d 32 Allah
berfirman :
"Dan Dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
Malaikat lalu berfirman : ‘Sebutlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!’. Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain daripada apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah
(2) : 31-32)
Untuk memelihara kelebihan ilmu yang
dimiliki oleh Adam a.s maka Allah berkenan menurunkan kepada semua keturunan
adam agar derajat mereka lebih tinggi daripada makhluk yang lain. Apabila kita
menilik kepada literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah antropologi,
maka akan tampak sekali keragu-raguan dari para ahli antropologi sendiri,
apakah Homo Sapiens itu benar-benar berasal dari Pithecanthropus dan
Sinanthropus ? Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya para ahli
mengambil kesimpulan bahwa Pithecanthropus dan Sinanthropus bukanlah asal
(nenek moyang) dari Homo Sapiens (manusia), tetapi keduanya adalah makhluk yang
berkembang dengan bentuk pendahuluan yang mirip dengan manusia kemudian musnah.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi’. Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’.
Tuhan berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tdak kamu
ketahui’."(QS. Al Baqarah (2) : 30)
Dari ayat ini banyak mengandung pertanyaan,
siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat
diatas. Dalam literatur Antropologi memang ada jawabannya yaitu sebelum manusia
Homo Sapiens (manusia berbudaya) memang ada makhluk yang mirip dengan manusia
yang disebut Pthecanthropus, Sinanthropus, Neanderthal, dan sebagainya yang
tentu saja karena mereka tidak berbudaya maka mereka selalu berbuat kerusakan
seperti yang dilihat para malaikat.
Nama-nama mkhluk yang diungkapkan para ahli
antropologi diatas dapat pula ditemui dalam pendapat para ahli mufassirin.
Salah satu diantaranya adalah Ibnu Jazir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan
:"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al Jan
yang kerjanya suka berbuat kerusuhan"
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.......... Evolusi terbagi dari beberapa perspektif,
ada evolusi sosial dan evolusi biologis. Di makalah ini, kami mengangkat
masalah evolusi biologis. Lebih spesifiknya yaitu masalah evolusi yang
menganggap bahwa manusia berasal dari bangsa kera. Teori ini masih banyak
diperdebatkan oleh banyak kalangan baik ilmuan maupn dari agama. Dari uraian di
atas, tidak terbukti bahwa manusia punya link dari bangsa kera karena
penemuan-penemuan fosil oleh arkeolog. Belum lagi teori missing link yang tidak
dapat dijelaskan secara gamblang oleh Charles Darwin. Teori Neo-Darwinisme juga
terbantahkan oleh ahli biologi yang menemukan bahwa mutasi gen tidak mungkin
menghasikan spesies yang lebih baik dari ada gen yang bermtasi, malah
kebanyakan menghasilkan keturunan yang cacat. Dari percobaan DNA-pun juga tidak
bisa membuktikan teori Neo-Darwinisme. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori
Darwin mengenai evolusi manusia berasal dari kera tidak dapat diterima oleh
akal, selain dari segi penjelasan agama, juga pembuktian ilmiah. Adapun jerapah
yang mengalami pertambahan panjang leher, karena proses adaptasi, bukan proses
evolusi dari bentuk satu kebentuk yang lain yang berbeda.
3.2 Saran
.......... Mengenai masalah perdebatan dikalangan
ahli, seyogyanya disikapi dengan pikiran terbuka, bukan dengan emosi maupun
persuasif. Dan perlu diingat bawa seorang ahli sekalipun membuat teori jangan
hanya dianggap suatu yang pasti benar, harus kita telusuri apa yang ada dibalik
alasan beliau mempertahankan teorinya, mungkin karena alasan ideologi maupn
kepentigan politik lainnya.
Daftar Pustaka
http://id.harunyahya.com/id/works/772/KERUNTUHAN_TEORI_EVOLUSI
diakses tanggal 18-03-2012
http://slemgaul.wordpress.com/2009/04/07/jaringan-penguat/
diakses tanggal 19-03-2012
http://ahmadnajip.wordpress.com/2011/11/18/herbert-spencer-peletak-dasar-teori-evolusi-universal/
Diakses Tanggal 19-03-2012
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=1363 diakses tanggal
20-03-2012
sztompka, piotr. 2010. Soiologi Perubahan Sosial. Jakarta:
Prenada
Bahasa.kemdiknas.go.id diakses tanggal 19-03-2012
ahmadnajip.wordpress.com diakses tanggal 19-03-2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar