Rabu, 26 November 2014

Teori Evolusi Charles Darwin



MAKALAH
Sejarah Indonesia
Teori Evolusi Dari Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam














 






DI SUSUN OLEH :
ü AI GITA AGUSTINA K.
ü HERLINAH
ü NURI ALAMSYAH

 KELAS : Xl.B

SMK FARMASI BHAKTI KENCANA CITEUREUP
JL.RAYA TAJUR KP.BABAKAN DES.TARIKOLOT
CITEUREUP – BOGOR

Kata pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Teori Evolusi Dari Sudut Pandang Ilmu Pengetahuan dan Agama Islam”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai sumber, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya .
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Citeureup,21 November 2014


Penyusun                                                         pembimbing


                                                                                                Hj.Aminah,S.Pd






DAFTAR ISI

Judul........................................................................................................       1
Kata pengantar........................................................................................      2
Daftar isi..................................................................................................       3

BAB I PENDAHULUAN           
1.1. Latar belakang..................................................................................      4
1.2. Rumusan masalah.............................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian.........................................................................................      5
2.2Teori Evolusi Charles Darwin.............................................................6

            BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................      14
3.2 Saran.................................................................................................       14
            Daftar Pustaka..............................................................................     14



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perdebatan mengenai evolusi tidak ada habisnya untuk dibahas. Dari dulu para ilmuan selalu memperdebatkan masalah kebenaran teori evolusi. Dalam kamus besar bahasa indonesia di sebutkan bahwa evolusi adalah perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur atau perlahan-lahan (sedikit demi sedikit). Dengan kata lain berevolusi berarti berubah secara berangsur-angsur dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Evolusi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang perubahan struktur gen dalam jangka waktu yang lama. Evolusi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu proses spesiasi (pembentukkan spesies). Evolusi juga dapat dikatakan sebagai suatu cabang ilmu yang menjelaskan bagaimana keanekaragaman hayati terjadi.
Charles Darwin (1809-1882) seorang penggawa teori evolusi ini mengatakan bahwa spesies hidup sekarang berasal dari spesies lain yang hidup dimasa lampau. Dan bila diurut lebih lanjut, semua spesies makhluk hidup termasuk manusia diturunkan dari nenek moyang yang sama. Darwin menjelaskan bahwa manusia berasal dari kera. Penjelasan Darwin semacam ini menuai perdebatan dari banyak pihak, salah satunya dari kalangan agama, sebagai contoh Islam.
Dalam ajaran yang dianut oleh Islam Adam adalah nenek moyang dari manusia yang secara notabene adalah manusia pertama di muka bumi.
Oleh karena itu kami menyusun makalah yang berjudul benarkah evolusi itu ada mengajak kita semua ikut mempelajari mengenai evolusi karena merupakan bagian dari ilmu pegetahuan yang kebenarannya masih bersifat empiris. Jika ada bukti ilmiah yang meruntuhkan teorinya, kebenaranya dapat berubah menjadi salah. Jadi bagi yang tidak percaya bahwa proses evolusi itu ada harus menunjukkan bukti ilmiah yang dapat meruntuhkan teorinya, bukan atas dasar emosi, asumsi atau prediksi.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut.
Bagaimana penjelasan teori evolusi dari Charles Darwin ?
Apakah penemuan ilmiah membantah atau bahkan mendukung teori Charles Darwin mengenai Teori Evolusi ?
Dan bagaimana pula teori Evolusi dipandang dari segi agama Islam ?


1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
Untuk menguraikan penjelasan teori Evolusi dari Charles Darwin
Untuk mengetahui apakah penemuan-penumuan para ahli banyak yang mendukung ataukah malah membantah teori Charles Darwin
Dan membandingkan teori Evolusi dari sudut pandang Agama Islam


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Evolusi
            Sebelum kita membahas lebih jauh perdebatan tentang eksistensi evolusi, terlebih dahulu perlu kita ketahui pengertian tentang evolusi itu sendiri. Secara bahasa, kata Evolusi berasal dari bahasa latin yang artinya membuka gulungan atau membuka lapisan. Kemudian kata tersebut diserap dalam bahasa inggris menjadi kata evolution yang berarti perkembangan secara bertahap. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), evolusi adalah  perubahan (pertumbuhan, perkembangan) secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan (sedikit demi sedikit). Pengertian diatas mengindikasikan bahwa, secara umum evolusi merupakan proses perubahan yang berjalan secara lambat, dalam arti sedikit demi sedikit dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Sedangkan menurut ilmu sejarah, evolusi adalah perkembangan ekonomi, sosial dan politik tanpa adanya paksaan dari waktu ke waktu secara sedikit demi sedikit dan dalam jangka waktu yang lama.
            Dalam Sosiologi, evolusi sering diartikan sebagai perubahan sosial. Arti ini sangatlah cocok dengan arti dasar dari evolusi itu sendiri, bahwa evolusi adalah perubahan secara berangsur-angsur dan perlahan-lahan dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Arti umum evolusi ini, mengisyaratkan bahwa evolusi berlaku untuk umum, dan tidak identik dengan cabang ilmu pengetahuan tertentu. seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa setiap ilmu pengetahuan mempunyai pengertiannya masing-masing mengenai evolusi. Mulai dari biologi, sebagai evolusi yang masyhur dari Charles Darwin, kemudian Ilmu Sejarah, Sosiologi, dan lain sebagainya.
Teori evolusi dalam sosiologi di populerkan oleh Herbert Spencer, seorang sosiolog dari inggris. Herbert Spencer lebih awal memunculkan gagasan teori evolusi ketimbang Darwin. Spencer mengenalkan konsep evolusi sosial dalam bukunya Social Statics pada 1850, sembilan tahun sebelum Darwin menulis Origin of Species (1859). Spencer (1897) menguraikan teori evolusi secara mendalam dalam The Principles of Sociology yang terbit 1897 di New York. Dalam buku ini Spencer menyebut kata “evolusi” dalam beragam variannya sebanyak 249 kali, termasuk kutipan langsung dan daftar isi.
Meskipun antara biologi dan sosiologi sama-sama mempelajari evolusi, bukan berarti kajian yang ada didalamnya sama persis di antara keduanya. Antara Sosiologi dan Biologi mempunyai sejumlah perbedaan.
Sztompka(2010) menjelaskan perbedaan-perbedaan diantara keduanya. Pertama, evolusionisme sosiologis adalah sebuah teori ontogenesis yang mengacu pada kesatuan unik, tungal (masyarakat manusia), sedangkan Darwinisme adalah teori phylogenesis yang mengacu pada asal usul spesies atau manusia. Kedua, sosiolog menjelaskan mekanisme perkembangan kemampuan yang terkandung didalam diri objek yang dikaji, sedangkan darwinisme memusatkan perhatian pada perubahan acak dalam diri spesies, perjuangan untuk mempertahankan hidup – yakni yang paling mampu menyesuaikan diri yang akan bertahan hidup – dan seleksi alamiah yang menghasilkan segmen populasi yang paling baik kemampuan adaptasinya.
            Dari berbagai penjelasan pengertian evolusi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa evolusi adalah perubahan atau perkembangan sesuatu dari satu bentuk ke bentuk yang lain secara sedikit demi sedikit dan perlahan dalam waktu yang lama. Arti evolusi secara umum tidak hanya berlaku untuk studi Biologi saja, akan tetapi juga disiplin-disiplin ilmu yang lain seperti Ilmu Sejarah, Sosiologi dan sebagainya.

2.2 Teori Evolusi Charles Darwin
           Teori Evolusi Charles Robert Darwin (1809–1882), masih menjadi perdebatan panjang hingga sampai saat ini. Teori ini menyebutkan bahwa manusia yang saat ini merupakan hasil evolusi dari spesies kera. Banyak pertentangan mengenai pernyataan tersebut. Akan tetapi bagaimana pertentangan tersebut akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. Pada sub bab ini, kita akan membicarakan mengenai bagaimana penjelasan-penjelasan dari teori ini.
           Evolusi secara umum tidak dapat terlepas dari kehidupan masa lampau. Hal yang saat ini, merupakan hasil dari proses masa lampau. Kita yang sekarang merupakan akibat dari bagaimana kita di masa lalu. Begitu pula bagaimana Darwin menjelaskan teorinya. Silahkan perhatikan gambar dibawah ini,

Evolusi manusia
          Gambar diatas menunjukkan asumsi darwinisme mengenai bagaimana proses kera berevolusi secara bertahap dan perlahan-lahan dalam waktu yang lama yang pada akhirnya menjadi manusia. Darwinisme sangat percaya bahwa manusia berasal dari kera. Teori evolusi ini mempunyai asumsi dasar bahwa semua makhluk hidup berasal dari mahkluk hidup sebelumnya yang dapat muncul dengan variasi baru sehingga menyebabkan terjadinya keanekaragaman makhluk hidup. Adanya variasi-variasi tersebut dapat menyebabkan spesies baru yang mana  spesies baru ini sebagai hasil dari  pewarisan sifat organisme yang berubah dari generasi satu ke generasi selanjutnya dalam kurun waktu jutaan tahun.
          Banyak tokoh yang berpendapat tentang hal evolusi ini, tetapi belum ada satu teori yang dapat menjawab semua fakta dan kejadian tentang sejarah perkembangan makhluk hidup. Beberapa teori dari para ahli yang menjadi dasar dari teori evolusi, di antaranya sebagai berikut.

1.      Teori evolusi Aristoteles (384-322 SM).
Aristoteles adalah seorang filosof yang berasal dari Yunani, yang mencetuskan teori evolusi. Ia mengatakan bahwa evolusi yang terjadi berdasarkan metafisika alam, maksudnya metafisika alam dapat mengubah organisme dan habitatnya dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
2.      Teori evolusi Anaximander (500 SM0.
Anaximander juga merupakan seorang filosof yang berasal dari Yunani. Ia berpendapat bahwa manusia berawal dari makhluk akuatik mirip ikan dan mengalami proses evolusi.
3.      Teori evolusi Empedoclas (495-435 SM).
Empedoclas adalah seorang filosof Yunani. Ia mengemukakan teori bahwa kehidupan berasal dari lumpur hitam yang mendapat sinar dari matahari dan berubah menjadi makhluk hidup. Evolusi terjadi dengan dimulainya makhluk hidup yang sederhana kemudian berkembang menjadi sempurna dan akhirnya menjadi beraneka ragam seperti sekarang ini.
4.      Teori evolusi Erasmus Darwin (1731-1802).
Erasmus Darwin adalah kakek dari Charles Robert Darwin, seorang tokoh evolusi berkebangsaan Inggris. Teorinya adalah bahwa evolusi terjadi karena bagian fungsional terhadap stimulasi adalah diwariskan. Ia menyusun buku yang berjudul Zoonamia yang menentang teori evolusi dari Lamarck.
5.      Teori evolusi Count de Buffon (1707-1788).
Buffon berpendapat bahwa variasi-variasi yang terjadi karena pengaruh alam sekitar diwariskan sehingga terjadi penimbunan variasi.
6.      Teori evolusi Sir Charles Lyell (1797-1875).
Lyell adalah seorang ilmuwan yang berasal dari Skotlandia dengan bukunya yang terkenal berjudul Principles of Geology. Di dalam bukunya tersebut Lyell berpendapat bahwa permukaan bumi terbentuk melalui proses bertahap dalam jangka waktu yang lama.
7.      Teori evolusi Jean Baptise de Lamarck.
Jean Baptise de Lamarck (1744 – 1829) seorang ahli biologi kebangsaan Perancis, memiliki suatu gagasan dan menuliskannya dalam bukunya berjudul “Philoshopic”. Dalam bukunya tersebut Lamarck mengatakan sebagai berikut.
Lingkungan mempunyai pengaruh pada ciri-ciri dan sifat-sifat yang diwariskan melalui proses adaptasi lingkungan.
Ciri dan sifat yang terbentuk akan diwariskan kepada keturunannya.
Organ yang sering digunakan akan berkembang dan tumbuh membesar, sedangkan organ yang tidak digunakan akan mengalami pemendekan atau penyusutan, bahkan akan menghilang. Contoh yang dapat digunakan oleh Lamarck adalah jerapah. Menurut Lamarck, pada awalnya jerapah memiliki leher pendek. Karena makanannya berupa daun-daun yang tinggi, maka jerapah berusaha untuk dapat menjangkaunya. Karena terbiasa dengan hal ini maka semakin lama, leher jerapah menjadi semakin panjang dan pada generasi berikutnya akan lebih panjang lagi.
        Teori Lamarck ditentang oleh Erasmus Darwin (kakek dari Charles Darwin) yang mengatakan bahwa populasi jerapah adalah heterogen, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Jerapah-jerapah tersebut berkompetisi untuk mendapatkan makanan. Dari persaingan tersebut jerapah berleher panjang akan menang dan akan tetap hidup, sifat ini akan diwariskan kepada keturunannya. Jerapah yang berleher pendek akan mati dan perlahan-lahan mengalami kepunahan.
Agar lebih jelas mengenai perbandingan dua teori ini, dapat Anda perhatikan Gambar 7.3.

Gambar 7.3 Teori jerapah berleher panjang menurut Lamarck dan Erasmus Darwin
8. Teori evolusi Charles Robert Darwin (1809–1882).
Charles Robert Darwin (1809–1882) adalah seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris, yang mana teori evolusi yang dibentuknya mengalami banyak kontroversi hingga saat ini. Charles Darwin melakukan pelayaran pada tahum 1831 dengan menggunakan kapal HMS Beagel, ia melakukan pelayaran menuju ke Kepulauan Galapagos, yang merupakan kepulauan terpencil kurang lebih 1050 km dari dari daratan utama Amerika Serikat. Dalam pelayarannya hingga sampai di Kepulauan Galapagos tersebut Charles Darwin menemukan dan mengamati berbagai macam burung Finch yang memiliki berbagai macam bentuk paruh. Perbedaan morfologi tersebut ternyata menunjukkan adanya hubungan kekerabatan dengan burung yang ada di Amerika Serikat.
         Menurut Omer Cenker Ilicehi dalam pelita.or.id,  sesuai dengan prinsip ajaran Darwin bahwa spesies makhluk hidup terutama jenis-jenis burung "finch" tertentu di kepulauan Galapagos, menyebutkan adanya variasi pada burung-burung itu disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat.
        Hasil penemuan burung Finch oleh Darwin seperti yang telah dijelaskan diatas, dapat dilihat pada Gambar dibawah ini,

        Dengan pemikiran yang didasarkan pada observasi dan penemuan terhadap burung “finch” tersebut, Darwin menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies pada konsep adaptasi terhadap lingkungan, sehingga muncul aneka spesies makhluk hidup, itu berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
        Sedangkan pada sumber lain, dijelaskan juga bahwa, dalam teorinya darwin mengatakan "Suatu benda (bahan) mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada kesempurnaan". Kemudian  ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-usul manusia. Menurutnya manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu ajaran(pengertian) bahwa manusia yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna.
        Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam teorinya Darwin berpendapat, manusia berasal dari perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang menjadi hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk yang tertua yang ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus yang diperkirakan umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun dengan ukuran otak sekitar 450 - 1450 cm3. Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya bagi kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak rata-rata 450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang mempunyai volume otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu antara 400.000-500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi anehnya perkembangan dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini selama ± 100.000 tahun volume otaknya tidak berkembang. Teori ini tidak mengemukakan alasannya.

2.3 Pendapat Ahli dan Penemuan-penemuan Ilmiah Berkaitan dengan Teori Evolusi Charles Darwin
Secara umum, tanggapan ahli lain terhadap teori Darwin adalah: 
a. Mendapat tantangan terutama dari golongan agama, dan yang menganut paham teori penciptaan (Universal Creation).
b. Mendapat pembelaan dari penganut Darwin antara lain , Yoseph Hooker dan Thomas Henry Huxley (1825-1895).
c. Mendapat kritik dan pengkayaan dari banyak ahli antara lain Morgan (1915), Fisher (1930), Dobzhansky (1937), Goldschmidt (1940) dan Mayr (1942).
         Salah satu seseorang yang mengkritik sekaligus menentang secara tajam pemikiran Darwin ini adalah Harun Yahya. Harun Yahya yang mempunyai nama asli Adnan Oktar ini dilahirkan di Ankara pada tahun 1956.
         Didalam E-Book nya, yang di download pada tanggal 18-03-2012 melalui situs id.harunyahya.com, Yahya yang merupakan seorang penulis dan kreasionis islam asal Turki ini menuliskan bahwa, di saat gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
        Perkembangan ini seharusnya membuat teori Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun ini tidak terjadi, karena ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merevisi, memperbarui dan mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan ideologis, bukan sekadar kepentingan ilmiah.
        Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat pertama abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekad bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan Sewall Right, setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara untuk “menambal sulam” Darwinisme.
         Kader-kader ini berfokus kepada pertanyaan tentang asal usul variasi menguntungkan yang diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi —sebuah masalah yang tidak mampu dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung pada teori Lamarck. Gagasan mereka kali ini adalah “mutasi acak” (random mutations). Mereka menamakan teori baru ini “Teori Evolusi Sintetis Modern” (The Modern Synthetic Evolution Theory), yang dirumuskan dengan menambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Dalam waktu singkat, teori ini dikenal sebagai “neo-Darwinisme” dan mereka yang mengemukakannya disebut “neo-Darwinis”.
         Beberapa dekade berikutnya menjadi era perjuangan berat untuk membuktikan kebenaran neo-Darwinisme. Telah diketahui bahwa mutasi — atau “kecelakaan” — yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu membahayakan. Neo-Darwinis berupaya memberikan contoh “mutasi yang menguntungkan” dengan melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi semua upaya mereka berakhir dengan kegagalan total.

         Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yang bertujuan membuktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein, yang merupakan molekul penyusun kehidupan, dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel, yang menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan tidak terkendali, tidak dapat disintesis oleh laboratorium-laboratorium abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.
         Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun “bentuk-bentuk transisi” yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
         Neo-Darwinisme memang tidak pernah menjadi teori ilmiah, tapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak bisa disebut sebagai semacam "agama". Oleh karena itu, pendukung teori evolusi masih saja mempertahankannya meskipun bukti-bukti berbicara lain. Tetapi ada satu hal yang mereka sendiri tidak sependapat, yaitu model evolusi mana yang “benar” dari sekian banyak model yang diajukan. Salah satu hal terpenting dari model-model tersebut adalah sebuah skenario fantastis yang disebut “punctuated equilibrium”.
         Sebagian besar ilmuwan yang mempercayai evolusi menerima teori neo-Darwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini, telah dikemukakan sebuah model lain yang dinamakan “punctuated equilibrium”. Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yang terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, model ini menyatakan evolusi terjadi dalam “loncatan” besar yang diskontinu.
         Pembela fanatik pendapat ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya, dua orang ahli paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould, sangat sadar bahwa pernyataan neo-Darwinis telah diruntuhkan secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang neo-Darwinis senantiasa berharap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari akan ditemukan. Eldredge dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena itulah akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang disebut punctuated equilibrium tadi. Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor, namun dalam per-ubahan besar dan tiba-tiba.
          Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan bagi Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur reptil, sebagai “mutasi besar-besaran” (gross mutation), yakni akibat “kecelakaan” besar yang terjadi pada struktur gen.6 Menurut teori tersebut, seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan menyeluruh secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan hukum-hukum genetika, biofisika dan biokimia ini, sama ilmiahnya dengan dongeng katak yang menjadi pangeran! Dalam ketidakberdayaan karena pandangan neo-Darwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada neo-Darwinisme itu sendiri.
          Satu-satunya tujuan model ini adalah memberikan penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang tidak dapat dijelaskan model neo-Darwinis. Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam evolusi burung dengan pernyataan bahwa “seekor burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur reptil” sama sekali tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh evolusionis sendiri, evolusi dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan perubahan besar informasi genetis yang menguntungkan. Akan tetapi, tidak ada mutasi yang memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya. Mutasi hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian, “mutasi besar-besaran” yang digambarkan oleh model punctuated equilibrium hanya akan menyebabkan pengurangan atau perusakan “besar-besaran” pada informasi genetis.
          Lebih jauh lagi, model punctuated equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya menjawab pertanyaan tentang asal usul kehidupan; pertanyaan serupa yang menggugurkan model neo-Darwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yang muncul secara kebetulan, perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara “tiba-tiba” atau “bertahap” tidak masuk akal.

2.4 Teori Evolusi dari sudut pandang Agama Islam
            Sejak munculnya teori Evolusi pada tahun 1859 oleh Darwin, teori ini telah mendapat banyak dukungan maupun kritikan bahkan cacian dari berbagai kalangan. Pihak-pihak yang mendukung teori ini antara lain seperti, Yoseph Hooker dan Thomas Henry Huxley (1825-1895). Kemudian ihak-pihak yang mengkritik teori darwin ini sekaligus membenahinya seperti Morgan (1915), Fisher (1930) Dobzhansky (1937), Goldschmidt (1940), dan Mayr (1942). Selain mendapatkan dukungan dan pengembangan oleh beberapa orang, teori darwin ini juga mendapatkan tentangan dari golongan agama dan penganut paham teori penciptaan (Universal Creation).
            Harun Yahya dalam e-book nya yang berjudul “keruntuhan teori evolusi” menyebutkan bahwa teori evolusi darwin ini tidak hanya sekadar konsep biologi. Akan tetapi teori evolusi ini telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Filsafat yang disebut harun yahya dalam bukunya tersebut adalah filsafat materialisme. Filsafat materialisme menurutnya mengandung sejumlah pemikiran penuh kepalsuan tentang mengapa dan bagaimana manusia muncul dimuka bumi. Materialisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu selain materi dan materi adalah esensi dari segala sesuatu baik yang hidup maupun tak hidup. Yahya juga mengatakan bahwa dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai moral. Materialisme mengingkari adanya Sang Pencipta, sehingga filsafat materialisme merupakan awal dari bencana besar yang akan menimpa hidup manusia.
            Salah satu dari kritik Harun Yahya seperti yang telah dijelaskan diatas, merupakan suatu hal yang mengisyaratkan bahwa Teori Evolusi Darwin masih menimbulkan banyak tanda tanya pada banyak pihak. Dalam  islam misalnya, Agama Islam dengan tegas menolak teori yang diajukan oleh Darwin tersebut dalam Al-Qur’an Surat AL-Baqarah: 30 disebutkan,
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.” (Al-Baqarah 30)
            Pada bagian surat “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.  Ayat ini adalah penjelasan dari penciptaannya Nabi Adam. Kata khalifah pada ayat diatas mempunyai banyak arti seperti pemimpin/pengganti /penerus. Dalam Beberapa tafsir disebutkan bahwa kata khalifah pada ayat tersebut diartikan sebagai pengganti. Dengan kata lain, adam merupakan pengganti dari makhluk sebelumnya yang mempunyai sifat saling membunuh. Seperti yang dijelaskan pada bagian ayat yang selanjutnya.
Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
            Ada beberapa sumber yang menjelaskan mengenai kecocokan antara temuan-temuan ilmiah dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an. Pada website http://f-adikusumo.staff.ugm.ac.id/artikel/manusia2.html yang diakses pada tanggal 20-03-2012, memaparkan bahwa Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah dalam waktu enam masa. hal ini sesuai dengan firman Allah :
          "Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada iantara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha Mengetahui." (QS. Al Furqaan (25) : 59)
          Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-masing. (tidak berevolusi).
       "...dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (QS. Al Furqaan (25) : 2)
        Dari perpaduan antara Al Qur’an dengan hasil penelitian ini maka teori evolusi Darwin tidak dapat diterima. Dari penelitian membuktikan bahwa kurun akhir (cenozoikum) adalah masa dimana mulai muncul manusia yang berbudaya dan Allah menciptakan lima kurun sebelumnya lengkap dengan segala isinya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia. Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
       "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS Al Baqarah (2) : 29)
Kemudian di dalam surat Al Baqarah ayat 31 s/d 32 Allah berfirman :
         "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman : ‘Sebutlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’. Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain daripada apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah (2) : 31-32)
          Untuk memelihara kelebihan ilmu yang dimiliki oleh Adam a.s maka Allah berkenan menurunkan kepada semua keturunan adam agar derajat mereka lebih tinggi daripada makhluk yang lain. Apabila kita menilik kepada literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah antropologi, maka akan tampak sekali keragu-raguan dari para ahli antropologi sendiri, apakah Homo Sapiens itu benar-benar berasal dari Pithecanthropus dan Sinanthropus ? Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya para ahli mengambil kesimpulan bahwa Pithecanthropus dan Sinanthropus bukanlah asal (nenek moyang) dari Homo Sapiens (manusia), tetapi keduanya adalah makhluk yang berkembang dengan bentuk pendahuluan yang mirip dengan manusia kemudian musnah.
          "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Tuhan berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tdak kamu ketahui’."(QS. Al Baqarah (2) : 30)
          Dari ayat ini banyak mengandung pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat diatas. Dalam literatur Antropologi memang ada jawabannya yaitu sebelum manusia Homo Sapiens (manusia berbudaya) memang ada makhluk yang mirip dengan manusia yang disebut Pthecanthropus, Sinanthropus, Neanderthal, dan sebagainya yang tentu saja karena mereka tidak berbudaya maka mereka selalu berbuat kerusakan seperti yang dilihat para malaikat.
          Nama-nama mkhluk yang diungkapkan para ahli antropologi diatas dapat pula ditemui dalam pendapat para ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Ibnu Jazir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan :"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al Jan yang kerjanya suka berbuat kerusuhan"





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
..........  Evolusi terbagi dari beberapa perspektif, ada evolusi sosial dan evolusi biologis. Di makalah ini, kami mengangkat masalah evolusi biologis. Lebih spesifiknya yaitu masalah evolusi yang menganggap bahwa manusia berasal dari bangsa kera. Teori ini masih banyak diperdebatkan oleh banyak kalangan baik ilmuan maupn dari agama. Dari uraian di atas, tidak terbukti bahwa manusia punya link dari bangsa kera karena penemuan-penemuan fosil oleh arkeolog. Belum lagi teori missing link yang tidak dapat dijelaskan secara gamblang oleh Charles Darwin. Teori Neo-Darwinisme juga terbantahkan oleh ahli biologi yang menemukan bahwa mutasi gen tidak mungkin menghasikan spesies yang lebih baik dari ada gen yang bermtasi, malah kebanyakan menghasilkan keturunan yang cacat. Dari percobaan DNA-pun juga tidak bisa membuktikan teori Neo-Darwinisme. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori Darwin mengenai evolusi manusia berasal dari kera tidak dapat diterima oleh akal, selain dari segi penjelasan agama, juga pembuktian ilmiah. Adapun jerapah yang mengalami pertambahan panjang leher, karena proses adaptasi, bukan proses evolusi dari bentuk satu kebentuk yang lain yang berbeda.

3.2  Saran
..........  Mengenai masalah perdebatan dikalangan ahli, seyogyanya disikapi dengan pikiran terbuka, bukan dengan emosi maupun persuasif. Dan perlu diingat bawa seorang ahli sekalipun membuat teori jangan hanya dianggap suatu yang pasti benar, harus kita telusuri apa yang ada dibalik alasan beliau mempertahankan teorinya, mungkin karena alasan ideologi maupn kepentigan politik lainnya.


Daftar Pustaka

http://id.harunyahya.com/id/works/772/KERUNTUHAN_TEORI_EVOLUSI diakses tanggal 18-03-2012
http://slemgaul.wordpress.com/2009/04/07/jaringan-penguat/ diakses tanggal 19-03-2012
http://ahmadnajip.wordpress.com/2011/11/18/herbert-spencer-peletak-dasar-teori-evolusi-universal/ Diakses Tanggal 19-03-2012
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=1363 diakses tanggal 20-03-2012
sztompka, piotr. 2010. Soiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada
 Bahasa.kemdiknas.go.id diakses tanggal 19-03-2012
 ahmadnajip.wordpress.com diakses tanggal 19-03-2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar